Sambungan artikel PERTAMA
Terakhir, Tuan Imam, sepatutnya meskipun aqidah kita berbeda dengan penganut agama apapun kita harus tetap tegaskan pendirian kita sebagai Muslim. Jangan bikin bingung umat. Ini adalah pesan Allah kepada setiap Muslim yang mengaku beraqidah Tauhid. Tuan Imam, inilah pesan Allah untuk kita semua,
“Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (Qs. Al ‘Imran (3): 64).
Tuan Imam, kata al-Hafizh Ibn Katsir, seruan di atas mencakup kaum Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani maupun yang sejalan dengan mereka. Kita diminta untuk menyampaikan pesan Tauhid, karena ini pesan seluruh nabi-nabi. Kita dan kaum Yahudi dan Nasrani sejatinya tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan apapun: dengan berhala, patung, salib, thagut, api, maupun yang lainnya, kata al-Hafizh Ibn Kastir. Tapi, kita semua harus mengkhususkan seluruh ibadah kita hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Inilah dakwah seluruh Rasul Allah. (Cermati, Qs. 21: 25, Qs. 16: 36). Maka, tidak benar jika kita menaati makhluk Allah dalam rangka bermaksiat kepada-Nya, kata Ibn Juraij. Tidak pula benar kita saling-sujud (menyembah) diantara kita, kata ‘Ikrimah pula.
Bagaimana jika kaum Ahli Kitab tak mau menerima ajakan untuk kembali kepada Tauhid ini? Allah sudah pesan untuk kita, فقولوا اشهدوا بأن مسلمون (“….maka saksikanlah kami ini adalah orang-orang Muslim). Kami akan pegang teguh Islam ini, karena telah disyariatkan oleh Allah untuk kami. (al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim: 2/55-56).
Tuan Imam, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah berkirim surah kepada Heraclius, penguasa Romawi ketika itu. Diantara isinya adalah Qs. 3: 64,
((بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد رسول الله إلى هرقل غظيم الروم، سلام على من اتبع الهدى. أما بعد، فأسلم تسلم، وأسلم يؤتك الله أجرك مرتين فإن توليت فإن عليك أثمَ الأريسيّين، و ﴿ قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ﴾))
“Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad Rasulillah kepada Heraclius, penguasa Romawi. Keselamatan bagi siapa yang mengikuti hidayah. Amma baʻdu:
Peluklah Islam, maka engkau akan selamat! Peluklah Islam maka Allah akan berikan kepadamu pahala dua kali lipat. Namun jika engkau berpaling dari ajakan ini, maka engkau menanggung seluruh dosa orang Arisi, dan “Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah (kepada mereka), ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim: 2/56).
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Itulah aqidah kita, Tuan Imam! Diikat antara ketegasan sikap dan toleransi yang begitu indah. Maka, pada kesempatan ini pun aku ingin ajak pula kaum Ahli Kitab untuk kembali kepada kalimatin sawa’, kepada Tauhid. Jangan sembah selain Allah dan jangan sekutukan Dia dengan siapa dan apapun. Jangan jadikan siapapun diantara manusia sebagai Tuhan selain Allah. Jika ini tak diterima, sebagai Muslim, maka aku akan sampaikan apa yang diajarkan agama mulia ini, “Saksikanlah, aku adalah Muslim!” Wassalāmu ‘alā man ittabaʻa al-hudā. []
Penulis adalah pengajar di Pesantren Ar-Raudlatul Hasanah, Medan. Penulis buku ‘Teologi Islam versus Krsiten’