Hidayatullah.com– Sekelompok warga Kenya meminta bantuan Pangeran William untuk mendapatkan ganti rugi atas apa yang mereka katakan sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan pencurian tanah yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Inggris.
Mereka juga menginginkan permintaan maaf dari pemerintah Inggris.
Kelompok tersebut terdiri dari orang-orang klan Talai dan klan Kipsigis yang bermukim di Kenya bagian barat.
Dalam surat yang ditujukan kepada Duke of Cambridge, pengacara Joel Kimutai Bosek mengatakan pemerintah Inggris menolak untuk menemui para korban dan perwakilan mereka.
Dia mengatakan permintaan untuk bertemu para pejabat dari UK Foreign, Commonwealth and Development Office telah ditolak pekan ini dan tidak ada kesempatan untuk menyelesaikan masalah itu yang ditawarkan oleh pihak Inggris.
Tahun lalu, enam pelapor khusus PBB menulis surat kepada pemerintah Inggris yang isinya mengungkapkan kekecewaan terhadap pemerintah di London yang dinilai gagal memberikan “solusi dan reparasi yang efektif” kepada kedua klan tersebut yang diusir paksa dari lahan-lahan mereka oleh serdadu Inggris di akhir 1800-an dan pertengahan 1960-an untuk membuka perkebunan teh milik pemukim orang-orang kulit putih.
Menanggapi masalah itu, pemerintah Inggris mengatakan bahwa pada tahun 2013 pihaknya sudah “menuntaskan kasus darurat Mau Mau tahun 1952-1963 dan oleh karena itu tidak perlu memberikan permintaan maaf atau reparasi lebih lanjut”.
Dalam surat mereka, dua klan tersebut meminta Pangeran William untuk menanggapi permintaan mereka, sementara putra Pangeran Charles itu bersiap untuk merayakan Platinum Jubilee neneknya, yang menandai 70 tahun pemerintahan Ratu Elizabeth II.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
“Tetua anggota keluarga kami sendiri masih merasakan rasa sakit karena rumah dan tanah mereka dirampas pada saat yang bersamaan. Kami tidak punya apa-apa untuk dirayakan,” kata mereka, seperti dilansir BBC Rabu (4/5/2022).
Dalam kunjungan ke Jamaika pada bulan Maret, Pangeran William berbicara tentang “kesedihan mendalam” atas perbudakan semasa kolonial Inggris, dengan mengatakan itu seharusnya tidak pernah terjadi.*