Aceh memperkuat armada perangnya berkat kemajuan perdagangan merica yang meningkat. Sebagian besar rempah-rempah pedagang Muslim diangkut ke Barat melalui Aceh. Pada tahun 1560-an perkebunan lada yang baru dibuka di Tiku, Pariaman, dan Indrapura di pantai barat Sumatra di bawah kendali Aceh.
Selain itu, pedagang Islam dari Jepara dan Ternate terus mengikis kendali Portugis atas perdagangan rempah-rempah Maluku, terutama sejak tahun 1550-an hingga Portugis keluar dari Maluku (1575M). Hall mencatat antara tahun 1529 dan 1587, Aceh berusaha merebut Malaka dengan kekuatan dagang dan dukungan internasional.
“Achinese made attempt after attempt to capture Malacca. The biggest of these occurred in 1558, when an armada of 300 war-boats, with 15.000 troops and 400 artilleryman from Turkey, besieged the city for a month. The years 1570 to 1575 were a critical period, when, in addition to three major Achinese attacks, the city had to meet a dangerous attack launched in 1574 by Javanese state of Japara.”
(Orang-orang Aceh melakukan upaya terus menerus untuk merebut Malaka. Usaha terbesar terjadi pada 1558, ketika armada laut Aceh dengan kekuatan 300 kapal perang, 15.000 tentara, dan 400 artileri dari Turki mengepung kota Malaka selama sebulan. Malaka mengalami masa kritis antara tahun 1570 hingga 1575 ketika tiga kali Aceh menyerangnya dan serangan yang lebih berbahaya dari Japara pada 1574).58
Setelah Khalifah Suleiman Agung wafat (1566), pada tahun 1567 Khalifah Salim II berencana mengirim ekspedisi sebuah armada ke Sumatra yang dipimpin oleh Laksamana Kurtoglu Hizir Reis ke Aceh. Ekspedisi tersebut batal karena dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman, namun persenjataan dan teknisi militer Turki berhasil tiba di Aceh. Schrieke mencatat di antara para kru yang mengoperasikan armada yang menyerang Malaka pada Januari 1568, ada sejumlah orang Malabar, dan 400 orang Turki.
Sejarawan Turki, Göksoy mengutip catatan Portugis bahwa mulai tahun 990 H/1582M secara rutin Aceh mengirim utusan beserta sejumlah hadiah seperti: emas, batu mulia, rempah-rempah, dan parfum kepada Sultan Utsmani.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Sebagai balasannya, Turki Utsmani memberikan bantuan militer kepada negeri-negeri Islam di kawasan Samudera Hindia dan Nusantara, terutama Aceh, Jawa, Melayu, dan lain-lain hingga utusan Aceh terakhir tahun 1873 ke Istanbul, menjelang serangan Belanda ke Aceh yang berlangsung selama 30 tahun sesudahnya.*/Dr. Kasori Mujahid, “Di Bawah Panji Estergon” (Hubungan Kekhalifahan Turki Utsmani dengan Kesultanan Demak) pada Abad XV-XVI M