Hidayatullah.com—Satu dari ribuan adegan orang-orang kesakitan menunjukkan kondisi rumah sakit di Jalur Gaza yang terus dibom oleh jet-jet tempur penjajah ‘Israel’ atas dukungan Amerika Serikat dan sekutunya.
Dalam sebuah video yang viral, seorang gadis kecil menangis dan menjerit kesakitan sementara perawat menjahit luka di kepalanya tanpa menggunakan obat bius apa pun, karena luka tersebut tidak tersedia di Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, karena pasukan mencegah bantuan medis memasuki Jalur Gaza.
Perawat bernama Abu Imad Hassanein mengatakan pada Palestine Informastion Centre (PIC) sambil menggambarkan sejauh mana penderitaannya. “Kami sering memberikan kain kasa steril kepada anak yang terluka agar dia bisa menggigitnya untuk menghilangkan rasa sakit yang dia rasakan, dan kami tahu bahwa rasa sakit yang dia rasakan lebih tinggi dari yang dia bayangkan,” ujarnya.
Hal serupa juga terjadi pada pemuda Nimr Abu Thaer yang terluka dalam serangan Zionis. Ia membenarkan tidak menerima obat pereda nyeri saat luka pertama dijahit.
“Saya terus membaca Al-Quran sampai mereka menyelesaikan proses menjahit,” ujar Abu Thaer.
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa, Muhammad Abu Salmiya menjelaskan, dengan kedatangan orang terluka dalam jumlah yang sangat besar dalam satu waktu, tidak ada pilihan selain mengobatinya di lapangan dan tanpa obat apa pun untuk menghilangkan rasa sakitnya yang memadai.
Abu Salmiya melanjutkan, operasi yang dilakukan petugas medis RS Al-Shifa dalam keadaan seperti itu termasuk mengamputasi anggota badan dan jari, atau menjahit luka, dan mengobati luka bakar berat.
Kesakitan atau Kematian
Kasus seperti ini, kata Abu Salmiya terjadi saat Zionis mengebom Rumah Sakit Baptis Al Ahli Arab pada 17 Oktober 2023 lalu, dan saat menangani sekitar 250 orang yang terluka tiba di Rumah Sakit Al-Shifa, yang hanya memiliki 12 ruang operasi.
“Kami harus bekerja di lapangan tanpa anestesi apa pun, atau dengan anestesi yang sangat sederhana atau obat penghilang rasa sakit yang sangat lemah, sehingga kami dapat menyelamatkan nyawa orang yang terluka,” kata Abu Salmiya.
Ia menambahkan bahwa hal ini ujian para staf medis dan tidak sederhana. Namun mereka terpaksa melakukannya karena alternatif dari rasa sakit yang dialami pasien mungkin adalah kehilangan nyawanya.
Hal senada juga dilakukan di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza. Direktur rumah sakit tersebut, Dokter Muhammad, mengatakan, “Beberapa operasi dilakukan, termasuk operasi caesar pada wanita tanpa anestesi sama sekali… Itu adalah hal yang sangat menyakitkan.”
“Kami harus mengobati luka bakar tersebut tanpa anestesi dan tanpa obat pereda nyeri karena tidak tersedia,” ujarnya.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qudra menjelaskan bahwa pelanggaran Zionis ‘Israel’ menyebabkan penargetan 130 institusi kesehatan. Ia mengatakan bahwa ‘Israel’ menggunakan senjata kelaparan terhadap korban luka dan pasien di rumah sakit.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Dia menambahkan bahwa 195 anggota tim medis telah gugur sejak dimulainya serangan besar-besaran di Jalur Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan, satu dari 40 bayi prematur di Rumah Sakit al-Shifa di Gaza telah meninggal karena kekurangan bahan bakar, dan sisanya akan mengalami nasib yang sama karena inkubator hanya dapat bertahan hingga saat ini.
Selama 34 hari, tentara penjajah telah melancarkan serangan bom di Jalur Gaza, yang mengakibatkan kematian 11.000 warga Palestina, 70% di antaranya adalah wanita dan anak-anak, dan melukai sekitar 27.000 lainnya.
Zionis dibantu Amerika Serikat (AS) bersama sekutunya melalukan bombardir pemukiman, rumah sakit dan tempat-tempat yang dilarang oleh internasional akibat ketidakmampuanya menemukan dan melawan para pejuang pembebasan Palestina dan Masjidil Aqsha.
Sementara di pihak penjajah, setiap hari, prajuritnya terus mati atau tewas secara mengerikan akibat serangan para mujahidin.*