Hidayatullah.com – ‘Israel’, atau wilayah Palestina yang dijajah Zionis, kini tidak lagi termasuk di antara sepuluh negara tujuan utama para miliader untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, menurut laporan migrasi kekayaan tahun 2024 dari firma penasihat migrasi investasi internasional Henley & Partners.
“Pergeseran dratis ini menegaskan betapa cepatnya konflik dapat menghilangkan daya tarik suatu negara bagi orang kaya dunia yang bergerak secara global,” ujar Penasihat Klien Senior di Henley & Partners ‘Israel’, Dan Marconi.
Laporan Henley & Partners menilai daya tarik pemerintah di seluruh dunia terhadap individu-individu kaya yang ingin membawa bisnis mereka menjauh dari negara asalnya.
Menurut Marconi, perang yang sedang berlangsung di Gaza “tidak hanya menghancurkan citra Israel sebagai tempat yang aman, namun juga mengancam untuk membayangi pencapaian ekonominya.”
Dalam laporan tersebut, perusahaan ini menganalisis arus masuk dan arus keluar dari individu-individu kaya raya dengan kekayaan likuid yang dapat diinvestasikan setidaknya satu juta dolar.
Selain itu, laporan tersebut mengungkapkan bahwa Inggris dan China akan kehilangan sejumlah besar jutawan pada tahun 2024, sementara Uni Emirat Arab, yang menawarkan fasilitas paling dicari oleh orang-orang kaya dan pemotongan pajak, kemungkinan akan menjadi “magnet kekayaan terkemuka di dunia” selama tiga tahun berturut-turut.
Operasi Taufan Al-Aqsha menghancurkan mimpi ‘Israel’
Rezim ‘Israel’ dan proyek Zionis secara historis bergantung pada migrasi para pekerja, petani, dan pemodal Yahudi, sebagai sarana untuk mempertahankan dan memperluas entitas kolonial.
Namun, Operasi Taufan Al-Aqsha, yang terjadi pada 7 Oktober 2023, dan kerusuhan yang terjadi setelahnya di wilayah-wilayah yang diduduki ‘Israel’, telah menyebabkan migrasi massal hampir 500.000 pemukim.
Kemudahan pergerakan internasional, yang ditandai dengan paspor yang kuat dan fakta bahwa hampir 10% warga ‘Israel’ masih memiliki kewarganegaraan ganda, telah membantu sebagian besar pemukim meninggalkan wilayah pendudukan. Migrasi Yahudi ke wilayah pendudukan juga telah mengalami pukulan telak karena hanya 12.977 orang yang bermigrasi ke wilayah tersebut dari Oktober 2023 hingga Maret 2024.
Sebagai perbandingan, periode yang sama setahun sebelumnya, 41.007 orang bermigrasi ke wilayah yang diduduki ‘Israel’.
Ekonomi juga sangat terpengaruh. Tahun-tahun yang relatif tenang membuat ekonomi Israel yang berbasis perang berubah menjadi ekonomi berbasis teknologi dan pariwisata terkemuka, yang menjadi surga bagi perusahaan rintisan. Kini, ekonomi ‘Israel’ perlahan-lahan bertransisi kembali ke ekonomi perang karena pemerintah membuat perubahan drastis pada anggaran tahunan.
Semua faktor ini telah mempengaruhi posisi pendudukan sebagai tujuan yang aman bagi para kapitalis dan investasi jangka panjang yang aman. *