Hidayatullah.com–Presiden Turki akan melakukan sebuah upaya simbolik untuk mengubah pelarangan pemakaian jilbab ketika memperingati Hari Republik.
Abdullah Gul di masa lalu melakukan dua perayaan terkait dengan hari yang memperingati awal Turki modern itu, sehingga pejabat negara maupun staff militer tidak harus berjabat tangan dengan istrinya yang mengenakan jilbab.
Tetapi kini ia hanya mengadakan satu resepsi saja.
Dikatakan langkah Gul itu mencerminkan kepercayaan diri yang meningkat dari pemerintah bahwa mereka bisa mengubah aturan pelarangan itu.
Mahkamah Agung memperingatkan pengendoran pelarangan pengenaan jilbab melanggar undang undang dasar negara.
Berdasar undang undang, kaum perempuan dilarang mengenakan jilbab di universitas maupun semua kantor pemerintah, walau hanya sedikit saja universitas yang mematuhinya dan kementrian pendidikan mengatakan akan mendukung mahasiswi yang melanggar larangan tersebut.
Dilema sekuler
Sebagaimana dikutip BBC di Istanbul, jilbab merupakan persoalan besar di Turki.
Fakta bahwa istrinya Hayrunnisa mengenakan jilbab, merupakan penghambat pencalonan kepresidenan Gul tiga tahun lalu. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) bahkan nyaris dilarang oleh Mahkamah Konstitusi.
Jadi keputusan untuk mengadakan hanya satu resepsi resmi di Ankara untuk menandai di mulainya Turki modern oleh Mustafa Kemal Ataturk menghadirkan dilema untuk kaum sekuler garis keras, demikian kutip BBC.
Kalau mereka hadir maka mereka harus berjabat tangan dengan Nyonya Gul yang berarti mengakui haknya untuk hadir di resepsi resmi kenegaraan dengan mengenakan jilbab; kalau mereka tidak hadir sama saja dengan mengabaikan salah satu hari peringatan terpenting dalam sejarah Turki, tambahnya.
Sementara itu, pemimpin oposisi utama Partai Rakyat Repubik, CHP, mengatakan ia tidak akan hadir.
”Saya akan merayakannya dengan rakyat,” kata Kemal Kilicdaroglu.
”Kita bersikap tidak adil kepada ibu negara. Salah kalau dikatakan kita tidak hadir karena ia mengenakan jilbab. Pilihan pakaian bukan urusan kita.”
Militer Turki akan mengadakan resepsi mereka sendiri yang dimulai setengah jam sebelum perayaan resmi dengan presiden, kemungkinan untuk memberi alasan bagi tokoh senior militer untuk tidak menghadiri resepsi dengan presiden.
Keputusan presiden untuk mengadakan hanya satu resepsi perayaan merupakan tantangan, pertanda akan meningkatnya kepercayaan diri pemerintah bahwa mereka bisa melunakkan larangan berjilbab. [bbc/hidayatullah.com]