Oleh: Ilham Akbar Ryant
Hidayatullah.com | BEBERAPA tahun terakhir, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Banyak penemuan brilian yang mempermudah manusia dalam menjalankan kehidupan di segala bidang.
Berkembangnya internet di seluruh dunia yang begitu cepat menghasilkan adanya inovasi baru dalam sistem ekonomi, seperti sistem perbankan modern, jual beli online, ojek online bahkan hampir semuanya di-online-kan. Begitu juga dalam bidang kedokteran, ada bayi tabung, operasi plastik yang bisa mengubah bentuk tubuh menjadi sangat berbeda, adanya penemuan dalam rekayasa genetik yang berdampak munculnya bank sperma, penyewaan rahim dan masih banyak lagi penemuan yang lain.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu pesat, tidak jarang menyebabkan adanya gesekan antara Islam dan ilmu pengetahuan. Ada yang karena bertentangan dengan hukum-hukum Islam, bahkan ada yang bertentangan dengan keyakinan yang sudah ada.
Benturan yang sangat sering terjadi menyebabkan adanya jarak antara Islam dan sains. Seakan-akan Islam anti sains dan sains anti Islam, benarkah demikian?
Tentu saja Islam tidak anti dengan sains. Bahkan sangat mendukung inovasi yang menghasilkan kemaslahatan bagi orang banyak.
Tetapi, yang terjadi adalah banyaknya dai yang tidak paham dengan sains tetapi mengomentari sains, begitu juga banyak ilmuwan yang tidak paham Islam sehingga berjalan tanpa ada yang menuntun.
Di dalam Islam sendiri ada sebuah kaidah
الأصل في المعاملات الإباحة
“Hukum asal dalam muamalah adalah boleh”
Jadi, selama apa yang dilakukan tidak bertentangan dengan dalil-dalil yang ada dalam Islam hukumnya boleh. Dalam sebuah Hadits Rasulullah ﷺ bersabda :
أنتم أعلم بأمور دنياكم
“Kalian lebih tau tentang urusan dunia kalian”
Maka bisa dipahami bahwa, Islam sangat membebaskan apapun yang dilakukan manusia. Dan manusia lebih mengetahui akan urusannya, selama tidak menabrak yang telah Allah tetapkan.
Dan itu sejalan dengan ungkapan seorang ilmuwan yang terkenal dengan penemuan rumus E = mc², yaitu Albert Einstein, “Science without religion is blind, religion without science is lame”(Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh).
Ada benarnya ungkapan ini, jika ilmu pengetahuan tanpa didasari agama jadilah buta yang akan berjalan bebas hingga menabrak banyak hal. Begitu pula dengan agama tanpa ilmu tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Maka pada hakikatnya, Islam akan selalu berjalan beriringan dengan ilmu pengetahuan, begitu pula ilmu pengetahuan harus dituntun dengan ajaran Islam agar dapat bermanfaat untuk manusia bahkan alam semesta, tanpa menabrak yang lainnya.
Dan yang paling penting yang harus dilakukan adalah para ilmuwan harus mau membuka diri mempelajari Islam, agar seimbang. Begitu pula dengan para ustadz harus mau belajar lebih banyak dalam bidang ilmu pengetahuan.
Seperti ulama terdahulu yang bisa menguasai banyak ilmu, hingga semuanya bisa berjalan serasi beriringan. Wallahu a’lam.*
Penulis tinggal di Kairo, Mesir