Jet tempur, helikopter, drone, berputar di atasmu dan menjatuhkan misil dan bom. Akankah ini menjadi momen terakhirmu di Bumi? Inilah surat untuk anak-anak Gaza
Hidayatullah.com | HARI ini di tengah keseruan Ramadhan yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia, namun tidak bisa dinikmati anak-anak di Jalur Gaza.
Inilah surat untuk anak-anak Gaza yang hebat;
Engkau tidak pernah naik pesawat. Tidak pernah meninggalkan Gaza.
Yang kau tahu hanya jalan-jalan dan gang-gang yang padat dan sesak. Tumpukan-tumpukan beton.
Yang kau tahu hanya pagar keamanan, penghalang-penghalang yang dikitari patroli tentara di sekeliling Gaza.
Pesawat, bagimu, mengerikan. Jet tempur. Helikopter penyerang. Drone. Mereka berputar di atasmu. Menjatuhkan misil dan bom.
Ledakan yang memekakkan telinga. Tanah bergetar, gedung-gedung runtuh dan mayat-mayat bergelimpangan.
Jeritan. Sayup teriakan minta tolong dari bawah puing-puing. Tidak berhenti.
Siang dan malam, terjebak di bawah tumpukan beton yang hancur.
Teman-teman bermainmu, teman-teman sekolahmu, tetanggamu, pergi dalam hitungan detik. Kau melihat wajah-wajah berdebu dan tubuh yang terkulai kala digali.
Aku seorang reporter. Sudah tugasku menyaksikan ini semua. Kau hanya seorang anak kecil. Yang tak seharusnya mengalami ini.
Bau kematian. Mayat busuk di bawah beton yang hancur. Kau menahan nafas. Kau menutup mulut dengan baju.
Jalanmu lebih bergegas. Lingkungan sekitar telah menjadi pemakaman. Semua yang biasa kau lihat telah pergi.
Kau diam terpaku. Kau bertanya sedang berada di mana.
Kau takut. Ledakan demi ledakan. Kau menangis. Kau mendekap ibu atau ayah. Kau menutup telinga. Kau melihat sinar putih misil dan menunggu dentuman.
Kenapa mereka membunuh anak-anak? Apa yang telah kau lakukan?
Mengapa tak seorang pun melindungi? Akankah kau terluka? Akankah kehilangan kaki atau tangan?
Akankah menjadi buta atau duduk di kursi roda? Mengapa kau dilahirkan? Apakah untuk suatu yang mulia?
Ataukah untuk ini? Akankah kau tumbuh besar? Akankah bahagia? Seperti apa hidup tanpa teman-teman?
Siapa yang akan meninggal selanjutnya? Ibumu? Ayahmu?
Saudara laki-laki dan perempuanmu? Seseorang yang kau kenal akan terluka. Segera. Seseorang yang kau kenal akan meninggal. Segera.
Malam hari kau terbaring di kegelapan, di atas lantai semen yang dingin. Saluran telepon terputus. Internet mati.
Kau tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ada kilatan cahaya. Ada gelombang gegar ledakan. Ada teriakan. Yang tak kunjung henti.
Ketika ayah atau ibumu pergi mencari makanan atau air, kau menunggu. Lapar yang menjadi-jadi di perutmu.
Akankah mereka kembali? Akankah kau melihat mereka lagi?
Akankah rumah kecilmu menjadi sasaran berikutnya? Akankah bom mengenaimu? Akankah ini menjadi momen terakhirmu di Bumi?.*
Diterjemahkan dari kutipan teks berjudul: “Letter to the Children of Gaza” karya Chris Hedges oleh Azwar Tahir