Hidayatullah.com—Hari Kamis (05/11/2020), Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Bandung menggelar perkuliahan terakhir angkatan 6 dengan tajuk “Serba-serbi Dakwah” melalui aplikasi Zoom Meetings. Mengawali pemaparan materinya, Akmal Sjafri yang merupakan Kepala SPI pusat mengungkapkan bahwa perkuliahan SPI setiap angkatan selalu diakhiri dengan pembahasan dakwah karena dakwah adalah kewajiban setiap muslim.
Menurut Akmal, jalan dakwah bukanlah jalan yang indah-indah saja sebab godaan akan selalu ada, maka, diperlukan adanya kezuhudan terutama dalam diri para pendakwah. “Jalan dakwah ini adalah jalan yang meminta kezuhudan kita. Jadi kalau masih materialistis, maka tidak bisa,” ujar pendiri komunitas Indonesia Tanpa JIL tersebut.
Selanjutnya, Akmal juga mengatakan bahwa pada kenyataannya di dunia dakwah tidak semua orang mampu bersikap zuhud. Tidak sedikit dari kalangan da’i yang aktivitas dakwahnya masih disusupi orientasi duniawi, sehingga banyak yang tidak segan memasang tarif tinggi, sampai ada pula yang terjerumus dalam lubang perzinahan. Itulah sebabnya, meski gelombang dakwah semakin marak, namun tidak bisa memberi perubahan.
“Inilah gambaran ummat kita sekarang, bahkan yang berada di jalan dakwahpun begitu mencintai dunia. Mereka itulah orang yang ada tetapi sejatinya tidak benar-benar ada di jalan dakwah,” ucap Akmal.
Akmal kemudian mengatakan bahwa kondisi ini tidak jauh berbeda dengan keadaan yang juga pernah dialami ummat muslim di masa sebelum kehadiran Shalahuddin Al Ayyubi, yaitu ketika Baitul Maqdis dirampas oleh pasukan salib pada tahun 1099 Masehi, sebelum akhirnya direbut kembali setelah 89 tahun kemudian oleh generasi Shalahuddin Al Ayyubi. Akmal yang merupakan kandidat doktor ilmu Sejarah Universitas Indonesia tersebut menceritakan, pada masa Baitul Maqdis dirampas oleh pasukan salib, Imam Al Ghazali yang saat itu menjadi mufti kekhalifahan tidak banyak membahas tentang jihad.
Menurut Akmal, menjadi pertanda bahwa dirampasnya satu wilayah Islam saat itu bukan disebabkan jumlah prajurit ataupun persenjataan yang kurang untuk berjihad. Menurutnya, pada masa itu Islam tidak kekurangan orang yang berilmu, melainkan kekurangan orang yang zuhud.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Karenanya banyak yang saling sikut demi kekuasaan, bahkan para ulama pun bermasalah dalam perdebatan mazhab. “Maka dari itu Al Ghazali lebih banyak membicarakan persoalan hati, sebab disinilah kemungkinan letak masalahnya,” ungkap Akmal.
Menanggapi pemaparan Akmal, Japar Siddik salah seorang peserta SPI turut berkomentar, “Ketika zuhud sudah menjadi sifat yang dimiliki oleh setiap pendakwah, maka akan terlahir gerakan yang hebat karena dakwahnya akan berfokus pada ridho Allah, bukan terbatas pada materi,” pungkasnya. */kiriman Maya Septiani