Hidayatullah.com– Komisaris Utama PT Sofyan Hotels Tbk, Riyanto Sofyan menjelaskan bahwa potensi wisata halal sangat besar sekali dan tak dapat dipandang sebelah mata.
Pesatnya perkembangan wisata halal di Indonesia turut menyuburkan sektor lain. Termasuk di antaranya industri perhotelan berbasis syariah. Pertumbuhannya pun cukup pesat, angkanya bisa naik hingga dua kali lipat.
“Industri halal sudah berevolusi, yang tadinya sebatas makanan dan minuman saja kemudian pada tahun 2000-an sudah masuk pada lifestyle (gaya hidup). Kenapa? Karena populasi Muslim adalah terbesar di dunia. Bukan jumlahnya saja tapi juga konsumsinya seperti makanan, travel, pakaian, rekreasi, dan kosmetik,” ujar Riyanto, pengusaha dan perintis hotel syariah di Indonesia ini.
Bahkan menurut Riyanto, wisata halal bisa menjadi penggerak ekonomi yang besar.
“Karena menurut World Trade Organization (WTO), yang terkait dengan industri pariwisata ada 185 jenis usaha yang semuanya dalam jangkauan UKM,” ujarnya sebagai narasumber Majelis Reboan yang rutin dilaksanakan di Gedung DPP Hidayatullah, Jakarta, setiap Rabu termasuk pekan ini (11/12/2019) yang membahas Pengembangan Pariwisata Halal Sebagai Motor Penggerak Ekonomi Umat, Peluang dan Tantangan.
Riyanto kemudian menceritakan kisah perjalanan menangani hotelnya.
Menurut pria yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai pengarah Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal (Kementerian Pariwisata) 2019 ini, perlu keyakinan untuk mengubah dari yang konvensional ke syariah.
Hotel Sofyan berdiri pada tahun 1968. Ia merupakan generasi kedua. Kemudian tahun 1992 Hotel Sofyan diputuskan menjadi hotel syariah.
“Setelah mendapatkan pencerahan dari KH Abdul Mannan, dari Hidayatullah kami putuskan ke syariah. Orang berpikir kok beraninya ganti ke hotel syariah? Nah, setelah ikut ngaji, saya berpikirnya dibalik, kok beraninya sih sudah tahu haram tapi masih dikerjain?” kata Riyanto.
Sejak itu, meski agak sulit, nilai-nilai syariah mulai dikondisikan. Paradigma “yang haram saja susah apalagi yang halal” ia buang. “Yang halal itu lebih berkah dari yang haram, itu kita selalu tanamkan di tataran karyawan dan manajemen,” ujarnya.
Setelah menutup hal-hal yang dilarang dan subhat, ternyata omzetnya tidak turun, malah naik.
“Alhamdulillah, penjualan masih meninggkat 15%, jadi bisa kita lihat bahwa rezeki itu dari Allah bukan dari hasil maksiat,” Riyanto menegaskan.
“Pikiran kita saja yang memenjarakan bahwa kalau enggak maksiat enggak bakal berhasil bisnis itu,” imbuhnya.
Kemudian menurut Riyanto, di bisnis syariah itu tidak pernah rugi. Ia mengutip surat Al-Fathir ayat 29,…Tijaratan lantabura. “Kalau enggak dapat ujrah (pendapatan), enggak dapat duitnya, sudah pasti dapat ajrun (pahala), pasti ada keberkahan,” katanya.
“Tetapi yang enggak syariah, sudah cape-cape, enggak untung lagi, ia rugi, dapat dosa lagi. Yang seperti itu harus ditanamkan terus,” pungkasnya.
Majelis Reboan adalah forum berbagi informasi serta pengalaman perihal ekonomi keumatan. Program ini berlangsung setiap hari Rabu setiap pekan dan langsung dipandu oleh Ketua Bidang Ekonomi DPP Hidayatullah, Asih Subagyo.*