Hidayatullah.com—Keberadaan Komunitas Yahudi Sulawasi Utara (NSJC) atau Jewish Community of North Sulawesi, menjadi perhatian surat kabar terbesar di Amerika Serikat, The New York Times (TNYT).
Jumat (15/10) lalu, tiga wartawan TNYT — Norimitsu Onishi (Southeast Asia Bureau Chief The New York Times), Ed Wray (fotografer) dan Muktita Suhartono, kontributor The New York Times Indonesia— menemui Rabbi Yaakov Baruch, Ketua North Sulawesi Jewish Community (NSJC).
Ketiga wartawan The New York Times itu juga mengikuti Shabbat Dinner di kediaman Rabbi Yaakov Baruch.
Sebelum Shabbat Dinner dimulai, Norimitsu langsung terlibat pembicaraan serius dengan Rabbi Yaakov didampingi Biro Humas NSJC, Irvan Grosman dan Oral Bollegraf. Mulai dari asal mula keluarga, sejak kapan memeluk agama Yahudi dilontarkan Norimitsu kepada Rabbi Yaakov dan Bollegraf. Norimitsu pun terlihat puas dengan jawaban-jawaban Rabbi Yaakov. Dari sekian pertanyaan yang dilontarkan, Norimitsu sedikit kaget bahwa ada juga anggota Komunitas Yahudi Indonesia di Sulut ternyata memeluk agama Kristen Protestan.
Dijelaskan Rabbi Yaakov kepada Norimitsu, perlu dipahami, eksistensi Komunitas Yahudi khususnya di Sulut, memang tidak bisa dilepaskan dari eksistensi Yudaisme atau Agama Yahudi.
“Tapi tidak semua anggota Komunitas Yahudi itu berkeyakinan agama Yahudi. Komunitas Yahudi bertujuan mempererat tali persaudaraan bahwa mereka adalah turunan Yahudi yang harus bersatu dan saling membantu satu dengan yang lain. Sedangkan Agama Yahudi adalah keyakinan iman dari sejumlah anggota komunitas. Dalam kegiatan Komunitas Yahudi, kita tidak membeda-bedakan keyakinan. Tapi saat ada kegiatan keagamaan Yahudi, atau kegiatan anggota komunitas yang beragama Kristen misalnya, kita saling menopang dan saling menghormati satu dengan yang lain,” tandas Rabi Yaakov.
Meski tidak semua anggota Komunitas Yahudi beragama Yahudi, dijelaskan Rabbi Yaakov dan Grosman, semua anggota sangat bangga dan mendukung eksistensi Synagoge Ohel Yaakov di Tondano sebagai tempat ibadah Agama Yahudi.
“Semua keluarga anggota Komunitas Yahudi di Sulut sudah pernah mengunjungi Synagoge Ohel Yaakov. Satu kebanggaan bagi kami, meski kami turunan Yahudi yang tidak lagi memeluk agama Yahudi namun memiliki Synagoge di Sulut. Eksistensi kami sebagai Komunitas Yahudi setidaknya mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar bahkan dari pemerintah daerah,” tandas Grosman dan Bollegraf.
Sementara, saat prosesi Shabbat Dinner yang dipimpin Rabbi Yaakov, fotografer The New York Times, Ed Wray, sepertinya tidak mau kehilangan momen. Setiap gerakan, pembacaan doa dalam bahasa Ibrani, bahkan saat makan bersama untuk membuka Sabat, momen tersebut terus diabadikan Wray. Sementara Muktita, usai Shabbat Dinner, terlibat percakapan serius dengan Oral Bollegraf dan Irvan Grosman.
Sekadar diketahui, The New York Times adalah koran harian yang diterbitkan di New York dan didistribusikan secara internasional. Koran ini dimiliki oleh perusahaan The New York Times Company, yang juga menerbitkan 15 koran lainnya, antara lain International Herald Tribune dan Boston Globe. Koran ini dijuluki “Gray Lady” karena gaya dan penampilannya, dan dianggap sebagai koran yang bisa diandalkan sebagai sumber referensi resmi untuk kejadian-kejadian terkini. [hk/prs/hidayatullah.com]