Hidayatullah.com–Seorang pemuda Uzbekistan bernama Ooulmasaw Bahadir yang ditahan di penjara Garawol Bazaar di provinsi Bukhara, Uzbekistan, disiksa polisi dengan sangat keji hingga mengalami luka parah. Demikian dikatakan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Ismail Yusanto di Jakarta, Kamis (7/7) siang.
“Bukannya segera mendapatkan pertolongan dengan dibawa ke rumah sakit, ia malah dipindahkan ke penjara lain,” imbuh Ismail.
Rezim Uzbekistan melakukan tekanan bukan hanya kepada para tahanan. Namun juga para kerabat yang berada di luar penjara. Akibatnya, mereka terpaksa lari meninggalkan rumah-rumah dan pergi ke luar negeri.
Sementara Sekretaris Jubir Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Roni Ruslan menyatakan kecaman keras terhadap aksi penangkapan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap para aktivis Hizbut Tahrir Uzbekistan oleh rezim Karimov. Ia menegaskan, para aktivis HT Uzbekistan dan para aktivis dakwah lain sesungguhnya tengah bekerja untuk menyebarkan kebaikan dan mengajak manusia ke jalan Allah SWT.
Pernyataan itu disampaikan HTI dalam aksi unjukrasa di depan Kedutaan Besar Uzbekistan, Jakarta, Kamis (7/7) siang tadi. Tidak kurang dari 500 massa Hizbut Tahrir Indonesia melakukan aksi unjuk rasa mendesak rezim Uzbekistan menghentikan penangkapan dan pembunuhan terhadap para aktivis Hizbut Tahrir di Uzbekistan.
“Mereka (aktifis dakwah, red) tidak layak diperlakukan kejam begitu rupa, seolah mereka penjahat besar,” tegas Ruslan. Kendati ditekan sedemikian rupa, Ruslan menegaskan bahwa tindakan biadab rezim Karimov tidak akan menghentikan aktivitas dakwah HT Uzbeksistan, kecuali bahwa tindakan itu cepat atau lambat justru akan meruntuhkan pemerintah Karimov.
Dalam orasi pada aksi tersebut para orator menyebut beberapa nama para aktivis dakwah tanpa kekerasn yang disiksa di dalam penjara, korban rezim Karimov, di antaranya adalah Rosebayev Hakeem Jan, Ooulmasaw Bahadiri, dan Mrzaiev Abdul Aziz.
“Mrzaiev Abdul Aziz oleh rezim Karimov dikembalikan kepada keluarganya dengan keadaan kepalanya pecah, matanya keluar dari tempatnya, lehernya dijahit hingga belakang kepalanya dan dadanya dijahit mulai dari pusar hingga ke dagunya!” pekik Ketua DPP HTI Irwan Saifullah.
Bukan hanya kepada para aktivis dakwah syariah dan khilafah, rezim Karimov pun melakukan teror kepada keluarganya. “Aparat Uzbekistan menangkap kerabat mereka untuk diinterogasi dan dibujuk untuk jadi mata-mata,” ungkap Irwan.
Sembari meneriakkan takbir, massa pun mengacung-acungkan berbagai spanduk dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris. Di antaranya, ‘Gulingkan Rezim Biadab Karimov! Tegakkan Khilafah!’; ’Hentikan Penangkapan dan Penyiksaan Aktivis Islam’; ‘Mereka Pejuang Islam, bukan Teroris’, dan ‘Bersabarlah Wahai Saudaraku! Insya Allah, Khilafah segera Tegak!’.*