Hidayatullah.com–Mantan presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Dr Hidayat Nurwahid mengaku terpaksa harus menunda tim nya yang berencana ke Myanmar untuk melihat kondisi nyata Muslim Rohingya.
Dalam kegiatan “AKSI PEDULI Stop Kejahatan Kemanusiaan di Rohingya dan Suriah” Ahad (12/08/2012), Ketua Badan Kerja sama Antar-Parlemen DPR RI ini menjelaskan kondisi ketertundaan keberangkatannya ke Myanmar dalam orasinya.
“Seharusnya saya hari ini sudah berada di Myanmar,” jelasnya saat dia dinobatkan menjadi orator kedua dalam aksi yang berjalan damai tersebut.
Sahabat Hidayat, Anshory Siregar menjelaskan bahwa ketertundaan keberangkatan Hidayat Nurwahid dan tim PKS ke Myanmar karena masalah visa. Lelaki yang pernah tinggal selama 5 tahun di Suriah ini juga menjelaskan bahwa kehadiran tim PKS di Myanmar salah satunya untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk Muslim Rohingya.
“Setelah visa turun, kami akan berangkat. Ada banyak amanah umat yang harus kami salurkan di sana,” jelas pria yang sekarang menjadi Anggota Badan Kehormatan DPR Republik Indonesia ini kepada hidayatullah.com, hari Senin (13/08/2012).
Anshory yang juga ikut berorasi dalam aksi peduli Rohingya dan Suriah pada hari Ahad tersebut juga meminta pemerintah segera mengusir Dubes Suriah dan Myanmar dari Indonesia.
Sorotan PKS terhadap kejahatan kemanusiaan di dua negara tersebut sudah tidak bisa ditolerir lagi.
Anshory secara lugas mengkritik sikap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang lambat dan tidak tegas dalam membela hak-hak kemanusiaan di Suriah dan Myanmar.
“Bayangkan sudah 11 negara termasuk Kanada, Amerika dan lain sebagainya mengusir kedutaan besar Suriah. Sementara kita masih seperti ini, plin-plan,” jelas laki-laki yang pernah menjadi Ketua PPI Damaskus Suriah ini.
Anshory juga menitip pesan kepada umat Islam untuk mulai membuka mata secara global. Permasalahan yang terjadi baik dari isu Arab Spring hingga pembantaian Muslim Rohingya memiliki keterikatan historis. Permainan Zionis international yang berisnergi dengan konspirasi Syiah dinilai jauh lebih picik dalam mengelabui umat.
“Kerajaan Arakan dulu adalah kerajaan Islam paling berpengaruh seperti kerajaan-kerajaan Islam di Melayu, sebelum etnis Budha- Burma menghancurkan dan mengkerdilkannya,” jelas Anshory.
Begitupun ia mengingatkan soal Suriah, di mana ada keterlibatan Syiah di dalamnya. Menurutnya, kesemua itu seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam agar membangun gerakan dakwah yang sistematis, terukur dan memiliki kejelian dalam melangkah.
Agar pembelaan-pembelaan terhadap umat tidak bersifat hit and run dan insidentil semata. Tapi juga memenuhi aspek tarbiyah Islamiyah yang integral dan menyeluruh. Dari situ, diharapkan perjuangan Islam tidak hanya memikirkan bagaimana mencapai kemenangan semata, tapi juga menyiapkan kader-kader yang siap menjaga dan mengelola kemenangan Islam itu sendiri agar tidak mudah dihancurkan oleh musuh-musuh Islam kembali.*