Hidayatullah.com- Pengamat Ekonomi Islam, Agustianto mengatakan pola hidup konsumtif umat muslim Indonesia selama Ramadhan sedang berlangsung, pada umumnya cenderung mengalami inflasi (kenaikan,red) dalam masalah pangan, sandang serta perabotan rumah tangga.
“Namun, yang paling kita tegaskan dan banyak terjadi terutama masalah pangan,” kata Agustianto kepada hidayatullah.com, Jum’at (07/05/2015).
Hal itu, menurut Anggota Pleno Dewan Syariah Nasional, tidak perlu terjadi dalam kehidupan umat Muslim di Indonesia. Sebab, menurutnya, pola hidup konsumtif umat Muslim selama Ramadhan seharusnya bersifat sederhana.
“Jadi, idealnya tidak ada peningkatan pola hidup komsumtif umat muslim selama melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan,” jelas Agustianto.
Jika dilihat dalam sejarah ekonomi Islam, menurut alumnus pendidikan program doktor Ekonomi Islam UIN Jakarta, mulai sejak zaman Rasulullah (para sahabat) sampai zaman daulah Islamiyah, itu tidak pernah terjadi inflasi di dalam perekonomiannya.
Sementara itu, ungkap Agustianto, di Indonesia setiap bulan Ramadhan –karena permintaan masyarakat terhadap kebutuhan barang meningkat dan terhindarkan—maka terjadilah yang namanya inflasi.
“Padahal, inflasi itu sesuatu yang tidak pernah kita inginkan karena akan menyebabkan menurunnya daya beli dan pasti akan meningkatkan angka kemiskinan,” terang Agustianto.
Jadi, menurut Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Indonesia ini, jika kaum muslimin mengamalkan al-Qur’an maka hendaknya tidak boleh bersikap ishraf (berlebih-lebihan terhadap objek konsumsi terutama seperti pangan, dan lain sebagainya, red).
“Saya berharap umat Islam di Indonesia tidak bersikap Ishraf (boros dan melampau batas, red) selama bulan Ramadhan,” demikian harapan Agustianto.
Selain itu, Agustianto mengatakan bahwa sebenarnya ada sikap yang salah yang dilakukan oleh kebanyakan kaum Muslimin Indonesia ketika bulan Ramadhan. Karena dalam bulan Ramadhan tentu pada siang hari, kurang lebih selama 13 jam kaum Muslim menahan lapar dan dahaga. Maka, ketika tiba waktu berbuka mereka berpikir –istilahnya ingin balas dendam— untuk mengkonsumsi makanan lebih dari yang biasanya.
“Itulah yang menyebabkan pola hidup konsumtif mengalami inflasi atau meningkat serta pola hidup yang salah karena menimbulkan sikap ishraf,” pungkas Agustianto yang juga Wakil Sekretaris Jenderal Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Pusat.*