Hidayatullah.com– Jurnal MAARIF berjudul “Syiah, Sektarianisme, dan Geopolitik” bermuatan pro Syiah. Hal itu menurut akademisi dari Indonesian Consortium for Relegious Studies, Dicky Sofjan, PhD.
“Satu hal yang menjadi koreksi saya pada jurnal ini, bahwa jurnal ini dibuat dengan contoh yang pro Syiah, ini saya katakan secara objektif sebagai akademisi,” ujarnya saat menjadi pembicara pada peluncuran dan diskusi jurnal tersebut di Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Rabu malam (17/02/2016).
Pembicara lain dari Pengurus Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Yunahar Ilyas, juga menyampaikan beberapa koreksi atas jurnal terbitan MAARIF Institute volume 10 nomor 2 Desember 2015 itu.
“Saya baca di pengantar jurnal itu, ada yang tidak benar informasi tentang MUI,” kata Wakil Ketua MUI Pusat ini.
Yang dimaksud adalah informasi soal buku panduan MUI berjudul “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia”. Buku ini, dalam jurnal itu disebut sebagai buku tidak resmi.
“(Informasi) itu tidak benar. Jadi buku panduan itu hasil kerja Komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian (MUI). Itu buku panduan resmi, tapi bukan fatwa,” jelas Yunahar.
Koreksi kedua, tambah Yunahar, adalah keterangan yang menyatakan MUI Pusat menolak fatwa sesat Syiah yang dikeluarkan MUI Jawa Timur.
“MUI Pusat tidak pernah menolak fatwa MUI Jawa Timur, tapi belum mau menjadikan fatwa Jawa Timur menjadi fatwa nasional. Itu yang perlu diluruskan,” ungkapnya.
Pengamatan hidayatullah.com dalam acara itu, Pimred Jurnal MAARIF, Ahmad Imam Mujahid Rais, tak sempat menanggapi koreksi terhadap jurnal tersebut.
Sebelumnya ia mengatakan, pihaknya telah meminta perwakilan dari ormas NU dan Muhammadiyah untuk juga menulis di jurnal edisi itu. “Hanya saja sampai deadline waktu yang ditentukan, tidak kunjung ada tulisan yang masuk ke kami,” katanya.
Pembicara lainnya adalah Hikamawan Saefullah, MA (Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran) dan Dr Umar Shahab (Ketua Dewan Syuro Ahlul Bait Indonesia).*