PAGI itu, Selasa, 16 Februari 2016. Fahrurrozi, seorang amil sebuah lembaga amil zakat nasional di DKI Jakarta sedang tak enak badan. Namun, karena beberapa hal, dalam kondisi tidak fit itu dia memaksakan diri berangkat ke kantor.
Flu yang dideritanya, membuat ia mesti memilih berdiri di dekat pintu, di antara berjibunnya penumpang Kereta Rangkaian Listrik (KRL) Commuter Line rute Depok-Jakarta Kota. Ia pun meletakkan tas berisi laptop kerjanya di tempat penyimpanan barang di atas tempat duduk KRL.
Setibanya di tujuan, Stasiun Pasar Minggu Baru, Jakarta Selatan, Rozi, sapaannya, bersegera keluar dari KRL sambil terbersin-bersin. Sempat duduk sebentar di stasiun, kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek.
Di kantor, begitu duduk di kursi kerjanya, ia membuka tasnya. Dan, “Yassalam, laptop tertinggal di kereta,” kisahnya kepada hidayatullah.com.
Secepat kilat Rozi kembali ke Stasiun Pasar Minggu Baru. Ia melaporkan apa yang dialaminya. Atas rekomendasi petugas stasiun, ia pun meluncur ke Stasiun Juanda, Jakarta Pusat.
Setelah 3 jam menunggu satu demi satu KRL yang berhenti di stasiun itu, tanda-tanda tas berisi laptop miliknya, yang barangkali dibawa penumpang, tak terlihat.
Ia pun sangat gelisah. Maklum, di laptop itu di antaranya tersimpan beberapa data presentasi untuk disampaikan kepada sebuah bank syariah di Jakarta.
Doa dan Telepon
Rozi lantas pulang ke kantor dengan kondisi sangat loyo. Melihat rekannya dalam kesulitan, Ade Syariful Allam spontan berdoa, “Semoga Allah kirim orang yang jujur yang akan mengembalikan laptop teman kita ini.”
Waktu pun berlalu. Sepanjang hari itu tidak ada kabar sama sekali. Kegelisahan Rozi pun bertambah. Akhirnya, dalam ketidakberdayaan atas kejadian tersebut, ia berdoa;
“Ya Allah, jika memang bukan rezeki saya, saya ikhlas, ya Allah!”
Beberapa puluh jam kemudian. Situasi tak menyenangkan itu berubah 180 derajat. Rabu, 17 Februari 2016. Telepon layanan costumer service (CS) kantor pusat Laznas BMH di Jl Raya Kalibata, Jakarta Selatan, berdering.
“Assalamu’alaikum, benar dengan BMH,” suara di seberang bertanya. “Waalaikumsalam, benar, Pak,” jawab Rozi begitu mengangkat telepon.
“Ini saya Iwan, saya yang menemukan laptop Bapak Rozi di Stasiun Jakarta Kota. Mohon dicatat nomor HP saya ya, Bapak. Kita ketemuan di rumah sepulang saya dari bekerja,” suara di sana mengabarkan.
“Ya, Allah. Alhamdulillah. Baik, Pak Iwan. Terima kasih ya, Pak!” sahut Rozi gembira luar biasa.
Tanpa ba bi bu, selepas mengakhiri pembicaraan telepon, pria kelahiran Lombok ini langsung sujud syukur di depan meja resepsionis kantornya.
Pukul 18.00 WIB, Rozi bergegas menuju ke rumah Iwan di Kelurahan Pondok Terong, Cipayung, Depok, Jawa Barat. Begitu tamunya tiba, Iwan bercerita.
“Pak Rozi, waktu itu saya dalam kondisi kesiangan ke tempat kerja. Setiba di Stasiun Jakarta Kota, saya lihat ada tas di pojokan (gerbong). Saya lihat sudah tidak ada penumpang lagi duduk. Akhirnya saya ambil (tas) untuk saya amankan,” tuturnya.
“Sesampai di rumah, saya kasih tahu istri, ‘ini laptop saya temukan di kereta. Malam ini saya mau buka untuk lihat-lihat, siapa tahu ada keterangan pemiliknya’. Setelah saya buka-buka, ada ini (keterangan) ‘BMH membuka lowongan kerja’. Akhirnya saya kontak melalui nomor kantor yang tertera untuk memastikan,” sambung Iwan disertai senyuman.
Pernah Kehilangan Juga
Iwan pun mengungkap. Ia mengembalikan laptop itu di antaranya karena pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan. Waktu itu ia kehilangan dompet di KRL, isinya SIM, STNK, dan KTP.
“Itu saja saya gelisah sekali, Pak, nggak tenang. Apalagi orang kehilangan laptop seperti ini. Makanya saya berusaha mencari tahu siapa pemiliknya untuk segera saya kembalikan. Lagian, pegang yang bukan hak kita itu malah bikin hidup tidak barokah, Pak,” papar Iwan.
Rozi pun tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya kepada Allah, serta rasa terima kasihnya kepada Iwan.
“Subhanallah, terima kasih sekali, Pak Iwan. Sekarang saya benar-benar sadar bahwa di tengah hiruk-pikuk warga Jabodetabek, masih ada orang yang jujur dan tidak mau mengambil hak orang. Ini benar-benar pertolongan Allah kepada kita, Pak Iwan,” ujar Rozi.
Singkat cerita, akhirnya laptop itu diserahkan oleh Iwan kepada Rozi. Keduanya langsung terlihat akrab dan banyak berbagi cerita.
Siapa Iwan?
Iwan Wahyudi nama lengkapnya. Pria 27 tahun ini adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan perangkat suara komputer di Jakarta. “Kerja saya serabutan, Pak. Dulu di CS, sekarang di belakang bagian pengecatan begitu,” katanya.
Ia tinggal bersama seorang istri di sebuah kontrakan kecil di Pondok Terong. Pengamatan hidayatullah.com, keluarganya bisa dibilang tak berpunya. Saat Rozi memberikan sejumlah uang dan barang sebagai ungkapan rasa terima kasih, Iwan menolak dengan halus. Setelah didesak terus-menerus, baru mau diterima.
Kini Iwan sedang menanti kelahiran anak pertamanya yang sudah memasuki usia kandungan delapan bulan.
“Semoga Allah memudahkan persalinannya dan menjadikannya anak yang sholeh atau sholehah,” Rozi menutur doa sebelum berpamitan. Aamiin ya Allah!*