Hidayatullah.com– Ketua Bidang Kepemudaan DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menekankan kepada anak muda agar menonjol dan tidak lama-lama belajar di atas meja.
“Muda saja tidak cukup tapi harus menonjol. Dimana titik kemenonjolan diri, petakan kemampuan diri dan cari lahan yang tak banyak pesaing,” pesan Mardani di acara Musyawarah Nasional II Garuda Keadilan (GK) di DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu pekan kemarin dalam siaran pers PKS kepada hidayatullah.com, Ahad (23/12/2018).
Ia mengingatkan agar anak muda tak merasa ketinggalan kereta. Sebab berkompetisi bukan dengan orang lain, melainkan berkompetisi diri sendiri. “It’s about quality not quantity. GK tidak besar karena jumlah tapi besar karena menonjol,” tegas Mardani.
“Jangan kelamaan belajar di meja. Terjun langsung. Learning by doing biar terasa. Perbedaan pemenang dan pecundang siapa yang sering kalah? Pemenang pernah kalah juga tapi jangan lama,” Mardani menambahkan.
Mardani menceritakan pernah menjadi bintang tamu di vlog artis Pandji Pragiwaksono. Pandji tidak menggunakan kamera yang canggih melainkan pakai ponsel dan tripod yang harganya terjangkau. Intinya “orangnya”, bukan alat pendukungnya.
Yang paling penting dari itu semua, ungkap dia, jangan lupa dekat dengan Allah. “Untuk muda dan menonjol diri, untuk menemukan kompas harus dekat dengan Allah Subhanahu Wata’ala,” kata dia.
Hadir pula dalam Munas, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua BPKK Wirianingsih, dan kader GK dari berbagai wilayah di Indonesia.
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman meminta para kader muda untuk tidak mencari nafkah di dunia politik.
“Politik itu secara umum ruang aktualisasi dan kontribusi ke publik. Maka, jangan jadikan politik sebagai lahan nafkah dan berpikir jadi politisi yang kaya raya apalagi korupsi,” kata Sohibul yang membuka Munas ke-2 GK tersebut.
Kebijakan di negara ini, kata ia, ada di politik dan pada undang-undang. Undang-undang adalah persoalan mengatur manusia dalam bidang tertentu.
“Saya tidak mau anggota GK menjadi anggota dewan tapi basis kompetensinya tidak ada. Jadi politisi itu harus punya power. Kalau tidak memiliki mental yang kuat maka kita akan mudah tergoda,” kata dia.
“Jadi anggota dewan jangan bahas kapan gaji naik, itu memalukan. Kalau sudah tidak menganggap gaji itu sudah top. Kesiapan (jadi anggota dewan) ini didapat kalau kita terbina (tarbiyah),” ujar doktor jebolan kampus Jepang itu, menambahkan.*