Hidayatullah.com–Tudingan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) sebagai metamorfosa dari al Qiyadah al Islamiyah dibenarkan oleh eks pengikutnya.
Nurul Hadi, mantan anggota Gafatar mengaku organisasinya yang menaunginya tersebut dimpimpin oleh Ahmad Musadeq (Sang Nabi Palsu yang juga bekas petinggi al qiyadah al islamiyah).
Menurut Nurul Hadi, kelompok ini secara nyata juga tidak mewajibkan shalat dan puasa bagi jamaahnya.
“Beberapa kawan kami yang di Gafatar, memang dulunya aktif di al Qiyadah al Islamiyah,” kata Nurul, Senin (25/01/2016).
Menurut Nurul, eks pengikut Gafatar yang sementara ditampung di Asrama Donohudan Boyolali Jawa Tengah, mengatakan, keberadaan Musadeq selama ini tidak diketahui oleh banyak orang, termasuk dirinya sendiri.
“Saya tidak tahu, saya tidak pernah bertemu dengan beliau,” ungkap Nurul, yang sejak lama bergabung dengan Gafatar.
Namun anehnya, Musadek kerap bertindak sebagai guru spiritual pengikut Gafatar.
“Di Gafatar memang dia (Ahmad Musadeq, red) diangap sebagai guru spiritual saja, untuk masing-masing pribadi saja,” tukas Nurul.
Sebelum akhirnya dilabeli sebagai ormas terlarang oleh Kemendagri, karena mengajarkan kesesatan, pengikut Gafatar mengaku tidak diwajibkan melaksanakan shalat lima waktu.
Sebelumnya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam kunjungan ke kamp Gafatar Jum’at pekan lalu, juga menemukan adanya praktik-praktik keagamaan yang menyimpang oleh Gafatar.
“Jadi seperti tadi itu Jum’at ya tidak ada shalat Jum’at, karena memang tidak mewajibkan shalat dan puasa,” ujar Khofifah. “Nah dalam posisi ini mereka harus disadarkan,” tambahnya.
Sebagaimana diketahui, sejumlah penanganan terhadap eks pengikut Gafatar terus dilakukan pemerintah, khususnya pembinaan spiritual. Namun eks pengikut Gafatar menagku ingin kembali ke Kecamatan Mempawah, Hilir, Kalimantan Barat, karena menilai sudah menemukan kedamaian dan kecukupan di sana.
“Kami inginkan solusi terbaik buat kami, kalau bisa sih kami diizinkan kembali ke Mempawah,” harap Nurul Hadi.*