Hidayatullah.com– Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, mendorong dan berharap agar politik Islam ke depannya lebih baik lagi, dengan dirancang untuk menjadi kekuatan dan sekaligus berwatak tengahan.
Termasuk katanya kekuatan politik dari Muhammadiyah. “Muhammadiyah harus menawarkan rancangan yang konstruktif,” katanya.
Hal tersebut merupakan salah poin catatan Haedar terkait dinamika keumatan yang disampaikan dalam acara Konsolidasi Nasional PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (08/05/2019).
Terkait kaderisasi dalam semua bidang, termasuk politik, serta ekonomi dan kecendekiawanan, Haedar memandang bahwa kebutuhan sumber daya manusia untuk ke dalam dan ke luar semakin bertambah.
Haedar mendorong kader Muhammadiyah harus terus diperkuat menjadi kader yang ideologis dan profesional di semua bidang termasuk politik. Oleh karena itu, pembinaan perlu dilakukan sejak dari hulu.
Baca: UBN Ditersangkakan, Pemuda Muhammadiyah Duga Kuat Lebih Kental Politiknya
Terkait hasil Pemilu 2019 jika telah diumumkan KPU nantinya, Muhammadiyah berharap agar pasca pengumuman tidak terjadi konflik di Indonesia.
Sebab, Muhammadiyah menilai konflik bisa menyebabkan terhambatnya jalan dakwah.
“Sekali konflik terjadi, susah untuk merekatkan kembali keutuhan. Muhammadiyah perlu menjadi contoh dalam merekat kebersamaan. Kita tidak bisa berdakwah, jika negeri ini terpecah belah,” ujar Haedar kutip laman resmi Muhammadiyah.
Baca: Prabowo Nilai “Kriminalisasi” terhadap para Pendukungnya Menambah Ketegangan
Haedar mengatakan, pasca-Reformasi, berbagai paham pemikiran tumbuh dan berdiaspora. Ini menjadi arus baru yang tidak bisa dicegah. Sebagian mereka masuk ke organisasi arus utama, termasuk persyarikatan itu.
“Di satu sisi, kita harus menjaga ukhuwah. Namun di sisi lain, bagaimana penguatan paham ke-Islaman dan nilai-nilai ideologis kita di tengah situasi ini perlu diperhatikan,” tuturnya.
Menurutnya, para pimpinan Muhammadiyah harus hadir menunjukan petunjuk sebagai Islam yang berwatak tajdid di tengah arus. Dan Muhammadiyah harus menghadirkan juga Islam Wasathiyah berkemajuan.*