Sambungan artikel PERTAMA
Hidayatullah.com–Bret Camp, Direktur Eksekutif Asosiasi Kesehatan dan Pelayanan Medis di Klinik Nelson-Tebedo, mengusulkan dua penyebab dari perbedaan angka antara pria homo dan normal.
Beberapa kanker timbul sebagai kesempatan infeksi yang berhubungan dengan HIV, yang mungkin sebagian menjelaskan terjadinya perbedaan tersebut, kata dia. Penelitian tidak menjelaskan dalam hubungan dengan HIV atau menelusuri berapa banyak partisipan yang positif HIV.
Camp juga menunjuk bahwa faktor lain mungkin Virus Human Papilloma ditularkan (HPV) secara seksual dan dapat menyebabkan kanker dubur.
HPV adalah sekumpulan grup virus yang menginfeksi manusia pada sel epitel di kulit dan membran mukosa (salah satunya adalah daerah kelamin), dan dapat menyebabkan keganasan.
Asisten dokter Trew Deckard mengatakan, “Kanker dubur paling tinggi ditemukan di pria homo positif HIV [beberapa poin literatur menyebutkan setidaknya 35 kali dari populasi umum], dan angka tertinggi kedua kanker dubur ditemukan pada pria homo negatif HIV.”
Dia mengatakan bahwa ano-rectal cancer atau dalam bahasa Indonesia disebut kanker dubur ditemukan dalam kadar tinggi pada pria homo positif HIV maupun negatif HIV berhubungan dengan resiko tinggi adanya jenis HPV yang ditemukan pada populasi tersebut.
Sementara merokok secara tradisional menyebabkan kebanyakan kanker mulut, angkanya telah meningkat 225 persen sejak 1974. Sebuah penelitian pada 2007 yang dipublikasikan oleh New England Journal of Medicine menemukan bahwa orang yang melakukan oral seks dengan enam atau lebih pasangan yang berbeda pada masa hidupnya hampir sembilan kali kemungkinannya terjangkit kanker mulut.
Menurut laporan tersebut, pria homo juga mengembangkan kanker rata-rata 10 tahun lebih muda daripada pria normal. Kanker yang dihasilkan dari penyakit seksual menular dapat menjelaskan perbedaan itu juga.
Kanker pada lesbian
Perbedaan dalam tingkat kesehatan yang dilaporkan diantara wanita mungkin akibat dari sejumlah faktor.
Menurut Andra Baker yang menjalankan sebuah kelompok pendukung lesbian terhadap orang yang bertahan hidup dari kanker pada Club Gilda di Dallas, yang sekarang dikenal sebagai Komunitas Pendukung penderita Kanker, para lesbian cenderung lebih jarang melakukan pelayanan kesehatan secara teratur daripada wanita normal.
“Para lesbian tidak sering pergi ke dokter,” kata dia.
Mungkin itu berarti bahwa banyak wanita lesbian dan biseksual kemungkinan tidak mendeteksi kanker mereka pada tingkat awal, membuat penyembuhan untuk mereka lebih sulit.
Penelitian tidak mengumpulkan informasi pada tahap diagnosis atau apakah wanita normal pada laporannya rata-rata memiliki kesehatan yang lebih baik karena mereka sembuh dari tumor yang lebih kecil.
Baker mengatakan bantuan sosial mempengaruhi kelangsungan hidup dan dia agak terkejut oleh hasil yang menunjukkan bahwa tingkat kesehatan buruk diantara lesbian dan biseksual.
“Wanita yang ada di kelompok saya tidak memiliki tingkat kesehatan atau tingkat bertahan hidup yang lebih rendah,” kata dia sebagaimana dikutip Jurnal Cancer.
Tetapi dia bekerja dengan wanita yang mencari dukungan, kata dia.
Baker, yang dia sendiri merupakan orang bertahan hidup dengan kanker, mengatakan bahwa orang-orang yang masuk pada pertempuran merupakan salah satu yang melakukan lebih baik. Dia mengutip Lance Amstrong sebagai sebuah contoh dari orang yang mengadopsi sikap kompetitif untuk mengalahkan kankernya. Nah, jika memilih tidak normal begitu susahnya, mari kembali ke fitrah, meskipun kita tahu itu sangat berat. Jika ada niat, pasti ada jalan keluar. InsyaALlah.*/Nashirul Haq AR