Salah satu kebahagian orang berpuasa itu dijamin langsung Allah, “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, ia hanyalah untuk-Ku dan Aku yang memberi ganjaran padanya”
Oleh: KH. Imam Nur Suharno
Hidayatullah.com | PUASA Ramadhan hukumnya wajib bagi kaum Muslimin yang telah masuk dalam kategori wajib berpuasa. Landasan syariat kewajiban berpuasa Ramadhan merujuk dalil dalam Al-Quran.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS: Al-Baqarah [2]: 183).
Dalil dalam hadis,
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البَيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ) رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: ”Rasulullah ﷺ bersabda: ”Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah subhanahu wa ta’ala dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah) dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Dari sekian banyak keutamaan dan keistimewaan Ramadhan, ada dua kebahagiaan yang akan didapatkan bagi orang yang berpuasa, sebagaimana dijelaskan dalam hadis qudsi. Sehingga, beban saat berpuasa menahan segala keinginan berakhir dengan kebahagiaan yang dijanjikan.
Berkaitan hal ini, Nabi ﷺ bersabda,yang artinya; “Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.” (Muttafaq ‘alaihi).
Hadis di atas menjelaskan ada dua kebahagiaan yang akan didapatkan bagi orang yang berpuasa ketika dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan hanya mengharap pahala dari Allah SWT.
Dengan mengetahuinya, orang yang berpuasa akan bersabar dalam menahan rasa lapar dan dahaga serta dari segala hal yang merusak pahala puasa. Karena dibalik itu semua ada dua hal yang akan membahagiakan bagi orang yang berpuasa.
Pertama, kebahagiaan ketika berbuka puasa. Saat berbuka, hati terasa begitu bahagia karena telah menyempurnakan ibadah puasa pada hari itu.
Ditambah kebahagiaan karena hal-hal seperti makan dan minum yang halal dari yang semula diharamkan jika dimakan pada siang hari Ramadhan menjadi halal kembali begitu masuk waktu berbuka.
Rasa bahagia itu tampak dari doa ketika berbuka puasa,
اَللّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa’ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.
Artinya: “Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang.” (HR: Bukhari dan Muslim)
Atau doa lainnya;
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ
Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.
Artinya: “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah.” (HR: Abu Daud).
Semakin bertambah bahagia karena doa orang yang berpuasa itu mustajab. Nabi ﷺ bersabda,
bersabda:
ثلاث لا ترد دعوتهم الصائم حتى يفطر والإمام العادل والمظلوم
Artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berdoa, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi).
Sehingga, orang yang berpuasa tidak akan membiarkan waktunya berlalu kecuali dipenuhi dengan doa. Akan tetapi, kebahagiaan itu bisa hilang ketika ada surat edaran terkait adanya larangan menyelenggarakan buka puasa bersama selama bulan Ramadhan khusus bagi para pejabat dan pegawai pemerintah.
Kedua, kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya. Pertemuan dengan Allah adalah keniscayaan hidup yang diyakini oleh setiap mukmin. Dalam hal ini, Allah SWT berfirman,
يٰۤاَيُّهَا الۡاِنۡسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدۡحًا فَمُلٰقِيۡهِۚ
“Wahai manusia, sesungguhnya engkau bekerja keras menuju Tuhanmu, maka engkau akan menemuinya.” (QS: Al-Insyiqaq [84]: 6).
Bertemu dengan Rabb itulah puncak kebahagiaan, karena Dia-lah yang menjamin pahala ibadah puasa.
“Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung.” (HR Bukhari).
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan ihtisaban sehingga layak mendapat dua kebahagiaan yang dijanjkan. Amin.*
Penulis Buku Kurma (Kuliah Ramadhan), dan Pembina Majelis Taklim Ibu-Ibu di Kuningan, Jawa Barat