AL HAJJAJ BIN YUSUF ATS TSAQAFI gubernur Madinah kala itu hendak melaksanakan ibadah haji. Di tengah perjalanan antara Madinah dan Makkah, ia singgah di sebuah sumber air untuk makan siang. Kemudian ia memanggil pengawalnya untuk agar mencari orang untuk ikut serta menikmati hidangan itu.
Sang pengawal pun memeriksa gunung-gunung di sekitarnya untuk menemukan orang. Akhirnya ia menemukan seorang yang tidur diantara dua kantung gandum. Maka pengawal itu menendangnya dengan kaki,”Menghadaplah kepada Amir”.
Laki-laki itupun mendatangi Al Hajjaj dan Al Hajjaj pun mengatakan,”Cuci tanganmu, makanlah siang denganku”. Laki-laki itu pun menjawab,”Telah menyeruku yang lebih mulia darimu, dan aku telah memenuhi panggil-Nya”. Al Hajjaj pun bertanya,”Siapa?” Laki-laki itu menjawab,”Allah Ta’ala telah menyeruku agar berpuasa, maka aku berpuasa”. Al Hajjaj kembali bertanya,”Di siang yang amat panas begini?”. Laki-laki itupun menjawab,”Ya, bahkan aku berpuasa di hari yang lebih panas dari hari ini”.
Al Hajjaj terus mendesak,”Jika demikian berbukalah, besok baru berpuasa lagi”. Laki-laki itu menjawab,”Apakah engkau bisa menjamin aku bakal hidup sampai besok?” Al Hajjaj pun menjawab,”Tidak bisa”. Laki-laki itu pun berkata,”Bagaimana engkau meminta agar aku menunda puasaku besok, sedangkan engkau sendiri tidak bisa menjamin kematianku bakal tertunda”. (Shifat Ash Shafwah, 4/378)