ABDULLAH bin Imam Ahmad berkata, “Aku sering mendengar ayahku berdoa seperti ini, “Ya Allah, jagalah wajahku untuk bersujud hanya kepada-Mu. Dan jagalah hatiku untuk menyerahkan segala urusan hanya kepada-Mu.”
Diriwayatkan dari Az-Zubair bin Al-Awwam bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Salah seorang dari kalian yang mengambil tali-talinya dan pergi ke gunung kemudian datang dengan membawa seikat kayu yang dipikul di atas punggungnya dan dijualnya setelah itu, lalu dengan usahanya itu Allah memuliakan wajahnya adalah lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, baik orang yang diminta itu memberinya ataupun menolaknya.” (HR Bukhari dan HR Muslim).
Dari Al-Miqdad bin Ma’dikarib Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Makanan yang paling baik yang dimakan oleh seseorang adalah makanan yang diperoleh dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Dawud Alaihissalam memakan dari hasil jerih payahnya sendiri.” (HR Bukhari).
Memang, jika orang yang memiliki harta melimpah namun mereka merasa cukup dengan semua itu, kemudian memprioritaskan waktunya untuk beribadah, berdakwah, dan mencari ilmu, maka hal itu lebih baik baginya. Namun, jika mereka meninggalkan pekerjaan dan aktivitasnya dengan alasan untuk beribadah, maka hal ini bukan termasuk sifat-sifat orang mukmin.
Jadi, ada beberapa batasan sebagai berikut:
1. Mengosongkan hati untuk melakukan amalan akhirat di setiap keadaan.
2. Tidak menyibukkan hati dengan kesibukan dunia untuk selama-lamanya. Bahkan dia harus sadar bahwa semuanya sudah diatur dan ditanggung oleh Allah.
3. Bertawakkal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguhnya dalam mencari rezeki.
4. Berusaha untuk mendapatkan rezeki dengan bertani, berniaga, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya.
5. Jika mereka orang kaya, maka dia harus mengkhususkan waktunya untuk beribadah kepada Allah dan berdakwah. Akan tetapi, jika mereka orang yang miskin, maka mereka tidak boleh mengkhususkan waktunya hanya untuk beribadah.
6. Menyucikan niatnya hanya untuk Allah dan membersihkan jiwanya dari beberapa cacat (penyakit hati).
Kesibukan manusia dapat dibagi menjadi tiga bagian:
Pertama, ketaatan dan beribadah. Dalam melakukan ketaatan kepada Allah harus disertai dengan bertawakkal dan meminta tolong kepada-Nya.
Kedua, kebiasaan-kebiasaan di dunia, seperti makan, minum, dan menutup aurat. Dalam hal ini, manusia juga diharuskan untuk berusaha mendapatkannya. Barangsiapa yang meninggalkannya maka dia akan menjadi orang yang tersia-sia dan berhak untuk disiksa.
Ketiga, mendapatkan pengobatan. Manusia juga diwajibkan untuk berusaha menjaga dan merawat kesehatan. Hal ini ditegaskan oleh Nabi dan para ulama salaf.*/Syaikh Khalid Sayyid Rusyah dari bukunya Nikmatnya Beribadah.