Oleh: Fida’ Ahmad S
KEBAIKAN pastilah lebih sedikit ketimbang keburukan. Hal ini telah menjadi realitas di dunia tempat manusia berpijak ini. Walau tak bisa menjadi patokan di setiap waktu dan tempat, namun secara umum kebaikan selalu yang lebih sedikit. Kaidah ini tak bisa dibalik, ‘yang baik pastilah sedikit, tapi tak semua yang sedikit itu baik’.
Sebagai seorang Muslim, tolak ukur kebaikan kita tentu adalah Dinul Islam. Maka tak salah kalau kita menganggap Islam sebagai kebaikan itu sendiri. Pemeluk Islam di dunia saat ini ada sekitar 1,6 miliar jiwa. Angka yang fantastis bagi pemeluk agama, dan hanya kalah oleh pemeluk Kristen (sekitar 2,2 miliar jiwa). Tapi jika dibandingkan keseluruhan penduduk dunia yang sekitar 6,9 miliar jiwa, maka angka tadi tidaklah terlihat begitu besar, hanya sekitar 23 persen dari total penduduk. Maka hanya sekitar segitulah kebaikan. Sekali lagi, bagi Muslim tolak ukur kebaikan adalah Islam, dan Islam adalah kebaikan itu sendiri.
Dan di antara pemeluk Islam -pemilih kebaikan- yang tak seberapa ini, masih bisa kita klasifikasi lagi menjadi beberapa tingkatan. Kalau kita mengukur kebaikan dengan ketaatan dan ketaqwaan, maka masih amat banyaklah umat Islam yang terlena akan kewajibanya sebagai hamba. Dengan kata lain dalam kebaikan ini, masih bisa kita persempit lagi menjadi, ‘yang benar-benar baik’.
Maha benar Allah ta’ala dan RasulNya. Umat Islam saat ini telah ditimpakan penyakit yang telah dikabarkan oleh Rasulullah SAW 14 abad yang lalu. Ialah penyakit wahn, cinta dunia dan takut mati. Yang hari ini kita terjemahkan sebagai hedonisme dan materialisme. Dari penyakit yang menjelma jadi gaya hidup dan obsesi masyarakat ini, lahirlah penyakit-penyakit lainya dalam berbagai bentuknya. Mulai dari pergaulan sesuka hati hingga prostitusi. Begal motor di jalan hingga korupsi di Senayan. Belum lagi degradasi moral hingga penyimpangan seksual.
Ibnu Qoyyim rahimahullah menyebutkan bahwa fitnah akhir zaman terdapat dua macam, yakni syubhat dan syahwat. Wahn adalah penyebab utama manusia terjatuh dalam fitnah syubhat dan syahwat. Fitnah syahwat adalah segala urusan di antara perut dan kemaluan, yang contohnya sudah disebutkan di atas. Sedang fitnah syubhat termasuk di antaranya adalah rusaknya fikrah dan merebaknya berbagai isme di kalangan orang yang berilmu. Hari ini, biasa kita dapati bekas kondom yang tersebar setelah pesta natal dan tahun baru. Hari ini pula, telah kita dapati orang yang belasan tahun belajar agama, tak malu mengatakan Al-Qur’an perlu perevisian.
Sebelum memperingatkan kaum Muslim tentang wahn, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Tsauban radhiallahu anhu, menceritakan tentang keadaan umat Islam di akhir zaman. Umat Islam pada saat itu digambarkan seperti makanan di meja penghidangan bagi musuh-musuhnya. Jumlahnya banyak, akan tetapi mereka seperti buih di lautan. Sungguh penggambaran yang tepat akan kodisi umat Islam saat ini.
Tapi Allah dan RasulNya sudah menjamin, bahwa akan senantiasa ada di antara umatnya sekelompok orang yang berpegang teguh pada din. Mereka adalah thoifah mansurah (kelompok yang ditolong Allah ta’ala) sekaligus firqatun najiyah (kelompok yang selamat). Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarah Hadits Muslim menerangkan bahwa mereka memiliki latar yang berbeda-beda. Ada yang gagah berani berjihad, para fuqaha, orang-orang yang menekuni hadits, ahli-ahli zuhud, penegak amar ma’ruf nahi munkar, atau pelaku-pelaku kebaikan lainya. Bisa jadi mereka berada dalam suatu wilayah, atau menyebar di berbagai penjuru dunia.
Penyebutan thaifah dan firqah (kelompok), menunjukkan bahwa sedikit mereka yang berpegang teguh ini, sudah selazimnya berkelompok alias berjamaah. Karena setaqwa dan sekuat apapun iman seseorang, ia takkan sanggup melawan musuh-musuh Allah sendirian. Maka berjamaah merupakan keniscayaan. Dan dalam berjamaah, ada berkah yang turun melalui saling menasehati dalam kebaikan dan ketaqwaan.
Di saat kedzaliman telah mengakar, akan senantiasa ada keadilan, meski lebih sedikit. Di tengah kaum kafir dan musyrik yang dominan, akan selalu ada kaum Muslim yang beriman, meski lebih sedikit. Dan di antara umat Isam banyak yang terlena dan berpaling, akan senantiasa ada At-Thaifah Al-Manshurah dan firqatun najiyah yang akan membawa kemenangan din ini meski mungkin, mereka hanya sedikit.
Sebagaimana hadits dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiallahu ‘anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda;
لا يَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ، حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ ا وَهُمْ ظَاهِرُونَ
“Pasti akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang senantiasa meraih kemenangan, sampai ketetapan dari Allah ‘azza wa jalla datang menghampiri mereka. Dan mereka pun tetap di atas kemenangannya.” [HR Bukhari]
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ (وفي رواية – يُقَاتِلُونَ ) عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa ada dari umatku sekelompok orang yang menegakkan kebenaran (dalam hadits lain dengan kata mereka berperang di atas kebenaran), tidak merugikannya orang yang menghinanya sampai datang hari kiamat, dan mereka tetap dalam keadaan demikian hingga kiamat datang“. [HR Muslim].
Hanya saja, At-Thaifah Al-Manshurah di akhir zaman jauh lebih berat dari ujian generasi pertama sahabat.
Yang dihadapi oleh Thaifah Manshurah bukan hanya musuh dari kalangan kaum kuffar dan musyrikin, namun juga dari kelompok kaum muslimin yang berkhianat, munafik penjilat, dan konspirasi global musuh Islam yang memiliki kekuatan senjata dan media; dua kekuatan raksasa yang membuat umat Islam terjepit fisik dan mentalnya. [Baca juga: Akhir Zaman yang Dipenuhi dengan Berbagai Cobaan]
Maka selayaknya kita tanyakan pada diri, sudahkah kita menempatkan diri di antara yang sedikit ini?*
Santri di Hidayatullah Yogyakarta