Sambungan artikel Pertama
Pelajaran Ketiga: Allah menetapkan Muslim sebagai umat Mulia
Adapun pada zaman diutusnya Nabi Muhammad ﷺdan diturunkannya Al-Qur’an, maka umat yang paling mulia dan utama adalah umat Islam , umat Pengikut Nabi Muhammad ﷺ. Hal ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS: Ali Imran {3} : 110).
Dan dalam suatu Hadits yang diriwayatkan Mu’awiyah bin Haedah al-Qusyairi disebutkan bahwa Rasullullah ﷺ bersabda :
أنتم تُوفُونَ سبعين أمة، أنتم خيرها وأكرمها على الله
“Kalian mewakili tujuh puluh umat, kalian adalah umat yang terbaik dan yang termulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.”(Hadits Hasan riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim).
Dari situ, bisa disimpulkan bahwa umat yang termulia sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ adalah umat Bani Israil yang berpegang teguh dengan ajaran-ajaran Para Nabi yang diutus Allah Subhanahu wa ta’ala. Namun setelah datangnya Nabi Muhammad ﷺyang menjadi pelengkap dan penutup Para Nabi, maka umat yang paling mulia adalah umat Islam .
Karena hanya merekalah yang percaya dan beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ, sedang umat-umat yang lain, termasuk di dalamnya umat Bani Israil akan menjadi umat yang akan dilaknat Allah Subhanahu wa ta’ala dan dijauhkan dari Rahmat-Nya selama mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Pelajaran Keempat: Bukan Perorangan
Keutamaan yang diberikan Allah kepada Bani Israil adalah keutamaan umat atas umat, karena mereka waktu itu berpegang teguh dengan ajaran Allah Subhanahu wa ta’ala. Jadi, keutamaan di sini tidak mencakup keutamaan perorangan di atas perorangan.
Artinya tidak setiap orang yang berasal dari Bani Israil pasti lebih utama dan lebih baik dari pada orang yang berasal dari umat Persia, atau Arab atau India atau yang lainnya yang hidup satu zaman dengan Bani Israil waktu itu. Karena barangkali banyak orang yang berasal dari umat-umat tersebut lebih baik dari sebagian orang yang berasal dari Bani Israil.
Begitu juga, bukan berarti para Nabi Bani Israil pasti lebih utama daripada Nabi-nabi yang berasal dari umat lain yang hidup satu zaman dengan Bani Israil waktu itu. Dan bukan berarti pula bahwa umat Bani Israil lebih utama dan lebih unggul bila dibandingkan dari para malaikat, karena yang dimaksud ayat di atas adalah keutamaan jenis manusia atas jenis manusia yang lain.
Pelajaran Kelima: Banya Yahudi Memanipulasi Ayat Suci
Kelebihan yang diberikan Allah kepada Bangsa Yahudi yang terdapat pada ayat di atas ternyata disalahgunakan oleh orang-orang Yahudi radikal yang membuat Gerakan Zionisme. Gerakan ini bersembunyi dibalik ayat tersebut untuk mengesahkan tindakan kekerasan dan biadab atas bangsa-bangsa lain.
Selain itu, mereka juga menganggap setiap orang Yahudi yang lahir pasti lebih unggul dari bangsa lain. Mereka merasa mendapatkan dukungan dari apa yang tertera dalam Perjanjian Lama, diantaranya adalah :
“Engkau akan diberkati lebih daripada segala bangsa.” (Ulangan 7:14)
Yang lebih ironisnya lagi, bahwa sifat keunggulan yang mereka yakini ini seolah-olah merupakan suatu perintah untuk melakukan kekejaman atas bangsa lain. Mereka berdalil dengan apa yang terdapat dalam Perjanjian Lama:
“Engkau harus melenyapkan segala bangsa yang diserahkan kepadamu oleh Tuhan, Allahmu: janganlah engkau merasa sayang kepada mereka….” (Ulangan 7:16).
Selain itu untuk melegalkan perbuatan tersebut, tidak segan-segan mereka mengubah Isi Taurat agar sesuai dengan tujuan dan kemauan mereka. Padahal Taurat mereka sendiri menyuruh mereka untuk berbuat damai, mencintai, mengasihi, dan berperilaku baik.
Diantaranya adalah apa yang terdapat dalam Perjanjian Lama :
“Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran. Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu, janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia, Akulah Tuhan. Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegur orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.”(Perjanjian Lama, Imamat, 19:15-17)
Pada tempat lain disebutkan juga : “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Perjanjian Lama, Mikha, 6:8)
Di ayat lain disebutkan juga : “Jangan membunuh. Jangan berzinah. Jangan mencuri. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Jangan mengingini rumah sesamamu …” (Perjanjian Lama, Keluaran, 20:13-17).
Bahkan untuk membenarkan tindakan mereka merampas tanah Palestina dan membantai penduduknya, orang-orang Yahudi tidak segan-segan berdalil dengan firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an :
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأَرْضَ المُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللّهُ لَكُمْ وَلاَ تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ
“Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.” (Qs. al-Maidah {5} : 21).
Padahal dalam ayat itu tidak ada satu kata pun yang menyuruh orang-orang Yahudi untuk merampas dan membunuh orang-orang Palestina. Bahkan menurut orang-orang Yahudi sendiri (khususnya yang bukan anggota Zionis) bahwa kaum Yahudi telah dikeluarkan dari Bumi Palestina hanyalah akibat dosa-dosa mereka.
Menurut kelompok ini, mereka juga tetap menginginkan kembali ke Palestina, tanah yang dijanjikan kepada mereka, akan tetapi dengan cara damai dan menurut kehendak Allah, bukan kehendak mereka. Sehingga mereka sendiri justru malah menentang Gerakan Zionis (sekarang Negara Israil) yang membantai Orang-orang Palestina dan merampas hak-hak mereka.
Begitulah sifat orang-orang Yahudi yang jahat, mereka pandai memutar-balikkan fakta dan mencampur-adukkan antara kebenaran dan kebathilan. Sebagaimana pada ayat sebelumnya Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَلاَ تَلْبِسُواْ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُواْ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُون
“Janganlah kamu campur-adukkan antara kebenaran dan kebath ilan, dan kamu sembunyikan yang benar padahal kamu mengetahuinya.” (Qs. al-Baqarah {2} : 42).
Mudah-mudahan kita dijauhi dari sifat-sifat tersebut. Amin. Wallahu’alam.*/Seri Tafsir An-Najah, diasuh Dr Ahmad Zain An Najah, MA.
Ikuti Tafsir An-Najah DI SINI