Proses Ta’ziyatu al-Nafs
Karena takzitaun nafs adalah pembersihan diri dari dosa-dosa baik yang dhohir maupun batin, maka langkah awal yang harus dilakukan ialah taubat. Menurut Imam Abdullah al-Haddad taubat adalah hal pertama yang dilakukan seorang hambah dalam meniti jalan menuju Allah, taubat juga merupakan azas dari segala maqam (kedudukan). (Imam Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad, Risalah al-Muaawanah, hal. 17).
Perlu diingat bahwa proses pertaubatan adalah bagaian dari kewajiban seorang hamba, sebagaimana tersebut dalam Surat al-Nur: 31 artinya: “…dan bertaubatlah kamu semuanya kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung”.
Taubat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah taubat dari segala sifat dan perbuatan tercela baik dhohir maupun batin, baik dosa kecil terlebih diosa besar.
Di antara dosa-dosa kecil dan besar yang harus dibersihkan adalah dosa menjaga makanan dari baram haram bahkan syubhat. Mengucapkan, melihat dan mendengar perkara yang diharamkan semisal: menggunjing, berbohong dan melihat wanita bukan muhrim. Adapun dosa besar amalan bathin semisal riya’, ujub (bangga diri), takabbur (sombong,) hasad (iri hati), namimah (adu domba) dan lain sebagianya.
Syarat taubat adalah memohon ampun kepada Allah (beristighfar), menyesal dan berazam tidak akan mengulangi lagi perbuatan tersebut. Jika dosa itu ada hubungannya dengan hak manusia, maka harus mengembalikan hak-hak tersebut.
Strategi taubat, pertama untuk bisa merasakan penyesalan terhadap dosa yang kita perbuat, maka harus mengetahui seberapa besar resiko yang kita tanggung atas perbuatan yang kita langgar. Oleh karenanya dibutuhkan ilmu untuk mengetahui setiap perbuatan dosa dan resikonya.
Contoh: Dosa riya’ (beramal bukan karena Allah). Seberapa besar dosa riya’ dan apa resiko bagi pelakunya?. Syeikh Zayn al-Din al-Malaybari dalam kitab Irsyad al-Ibad menjelaskan bahwa dosa riya’ adalah dosa besar dan merupakan dosa syirik kecil. Imam Nawawi dalam kitab Arba’innya menjelaskan bahwa Allah akan mengampuni dosa besar seorang hamba meski dosa itu bak tujuh lapis bumi dan langit, atau bahkan lebih. Asalakan jangan dosa syrik meski sebesar inti atom.
Dengan mengetahui resiko dosa riya’, maka kita akan merasa takut, kemudian akan timbul rasa penyesalan yang mendalam dan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.
Mengetahui hakikat dosa dan resikonya ini berlaku bagi semua dosa yang ada. Tidak ada cara lain untuk memperoleh pengetahuian ini kecuali dengan ta’lim (ngaji) kitab-kitab ulama salaf al-Shalih seperti kitab Ihya ulumuddin karaya Imam al-Ghazali, Nashaih al-Ibad karya Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad, Irsyad al-Ibad karya Syaikh Zayn al-Din al-Malaybari dan masih banyak untuk disebutkan.