oleh: Muhammad Saad
KARENA tujuan ilmu dalam Islam sangat mulia, yaitu untuk mengenal Allah Subhanahu Wata’ala dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka syarat untuk meraihnya pun sangat ketat.
Syarat mencari ilmu merupakan bagian adab dari mencari ilmu. Di antara syarat utama mencari ilmu adalah pembersihan diri dari dosa-dosa yang bisa menghalangi kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menyusun adab menuntut ilmu bagi diri seorang peserta didik sebanyak sepuluh, diataranya: mensucikan diri dari akhlaq tercela, mengurangi ketergantungan sibuk pada perihal dunia, tidak boleh sombong kepada guru, menghindari perselisihan dan perdebatan di awal menuntut ilmu dan masih banyak lainnya.
Syaikh Hasyim Asyari dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim juga menyebutkan adab peserta didik pada diri sendiri juga ada sepuluh. Uniknya baik Imam al-Ghazali maupun syaikh Hasyim Asyari (dan mungkin juga ulama yang lain) menjadikan pemberisihan hati (tazkiyat al-Nafs) pada level yang utama. Ini memberikan penjelasan bahwa kebersihan hati adalah syarat mutlak agar seseorang mendapatkan ilmu yang manfaat.
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa sesungguhnya aktivitas menuntut ilmu adalah aktivitas hati, sholat yang samar dan ibadah batin kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana sholat tidak sah tanpa kebersihan jasad dari hadats dan najis, begitu pula mencari ilmu tidak sah tanpa kebersihan batin dari kotoran akhlaq dan najisnya sifat. Sekiranya, hati tercemari dengan unsur-unsur negatif yang dapat merusak kemurnian hati, hal ini bisa menyebabkan sukar menerima ilmu. Karena pada dasarnya ilmu bersifat suci. (Imam al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, hal. 26).
Senada dengan Imam al-Ghazali, Pendiri NU, KH Hasyim Asyari menyatakan agar ilmu dapat diterima, dapat dihafalkan, dan diketahui halusnya makna ilmu itu , serta dapat memahamai rahasia dari ilmu. Maka hal utama yang harus dilakukan oleh seorang murid adalah membersihkan hati dari penyakit seperti dusta, unek-unek dan iri hati. Bahkan Kiai Hasyim menyebutkan, aqidah sesat juga merupakan penyakit hati, karenanya harus dibersihkan pula. (Syaikh Hasyim Asy’ari: Adab al-Alim wa al-Muta’alim, hal. 24).