Oleh: Abdullah Saleh Hadrami
MELUPAKAN idola itu bukan hal mudah. Suatu ketika, saat mengantar anak-anak sekolah, pandangan mataku merujuk layar besar sebuah produk rokok dan gambar balap mobil.
Gambar itu mengingatkan mantan idolaku yang tewas karena kecelakaan pula ketika balap mobil. Ya, aku teringat Ayrton Senna! Diantara bintang dunia yang sempat menjadi idolaku adalah Ayrton Senna.. Ya, Ayrton Senna..! Bagiku Senna memiliki kharisma tersendiri.
Ya Allah, seandainya engkau Muslim wahai Senna, tentu aku doakan agar engkau masuk surga Firdaus. Aku sudah terlanjur mencintaimu Senna. Tapi sayang seribu sayang ia mati dalam keadaan masih belum beriman dengan keimanan yang benar.
Sang pembalap legendaris F1 yang tidak asing lagi dan selalu merajai dalam setiap event balap internasional, namun akhirnya tewas pada tahun 1994 lalu di sirkuit San Marino di Imola, Italia, setelah mengalami kecelakaan parah karena menabrak pembatas.
Kala itu, ketika mendengar berita kecelakaan, aku merasakan kesedihan yang cukup mendalam sebagaimana layaknya seorang yang ditinggal mati idolanya!
Senna oh Senna, kau kini tinggal kenangan…
Tapi ini adalah kisah lama tentang idolaku yang semoga tidak terulang kembali selamanya.
Dalam perjalanan selanjutnya, aku berusaha mencari idola yang bermanfaat bagiku untuk urusan duniaku dan akhiratku karena permasalahan idola ini adalah termasuk prinsip yang kita dilarang bermain-main di dalamnya.
Imam Al-Bukhari rahimahullah dalam “Shahih-nya” meriwayatkan dengan sanadnya melalui sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, bahwasanya ada seorang sahabat yang bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam seraya berkata:
“Kapan kiamat..?”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam balik bertanya:
“Apa persiapanmu menghadapinya..?”
Orang itu menjawab:
“Tidak ada sesuatupun selain aku mencintai Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam”.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Kamu bersama dengan kekasihmu..!”.
Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata:
“Kami tidak pernah senang terhadap sesuatu seperti senangnya kami dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam: “Kamu bersama dengan kekasihmu..!”.
Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu berkata lagi:
“Aku cinta kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, kepada Abu Bakar dan Umar, dan aku berharap berkumpul bersama mereka karena cintaku kepada mereka walau aku belum beramal seperti amal mereka”.
Subhanallah..!
Sungguh permasalahan memilih idola ini adalah amat sangat prinsip karena masing-masing kita akan dikumpulkan dengan kekasihnya di surga atau neraka.
Tentu kita memilih idola yang menjadikan kita berkumpul dengannya di surga, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan orang-orang sholeh.
Cinta itu ada buktinya, bukan asal mengatakan di lisan saja!
Bukti seseorang yang menjadikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam sebagai idolanya adalah taat kepada Beliau dalam segala aspek kehidupan, bukan asal cinta di lisan saja..
وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَـئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللّهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاء وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَـئِكَ رَفِيقاً
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” [QS: An-Nisaa’ [4] : 69]
Maka, jangan sekali-kali mengidolakan siapa saja yang menjadikan kita bersamanya di neraka, yaitu orang-orang kafir dan semisalnya.
Seandainya ada orang kafir yang hebat dalam suatu perkara maka kita cukup kagum saja tanpa mencintai ataupun mengidolakannya karena bagaimanapun juga ia adalah orang kafir yang menentang Allah dan RasulNya Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dan kita dilarang mencintainya.
لَا تَجِدُ قَوْماً يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءهُمْ أَوْ أَبْنَاءهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka…” [QS: Al-Mujadilah [58]: 22]
Nah, hati-hati dan waspadalah memilih kekasih dan idola!
Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami