Hidayatullah.com–Apakah yang dimaksud Islamisasi ilmu dan bagaimana langkah-langkahnya? Dan juga apakah Islamisasi ilmu itu berarti anti Barat? Berikut ini jawaban Prof Wan Mohd Nor Wan Daud.
Gerakan Islamisasi ilmu memantik kontroversi sejak dipopulerkan hingga saat ini. Bahkan sebagian orang takut dengan gerakan ini. Bisa Anda jelaskan?
Kontroversi muncul karena orang salah memandang konsep Islamisasi dan ilmu. Mereka menganggap ilmu itu netral. Malah, ada yang mengatakan ilmu itu bebas nilai. Ilmu, bagi mereka, tidak terkait dengan nilai seorang ilmuwan atau masyarakat.
Sebab kedua, Islamisasi ilmu kebanyakan dikaitkan dengan politik. Misalnya dengan berdirinya partai politik, bank, institusi pendidikan, dan sebagainya.
Pandangan ilmu itu netral sangat luas. Apa salahnya?
Ilmu adalah anugerah kepada makhluk-Nya. Karena itu, ilmu itu adalah kebenaran. Dari sudut pandang ini, ilmu tak lagi harus di-Islamisasi.
Masalahnya, seseorang akan meletakkan kebenaran itu dalam pandangan alamnya (worldviewnya) dengan menafsirkan dan menguraikannya. Proses penguraian dan panafsiran “kebenaran” ini, disamping bergantung kepada pandangan alamnya, juga bergantung kepada akhlaknya. Jika dia ikhlas dan berani, ia akan menyatakan kebenaran yang dimilikinya. Jika tidak, ia akan menutupnya. Bahkan akan menyatakan sebaliknya atau mencampuradukkan dengan kebatilan. Makna yang diutarakan tidak lagi ilmu atau kebenaran, tetapi menayangkan nilai-nilai pribadi, akhlak dan lingkungannya.
Salah satu tahap menuju Islamisasi ilmu adalah dewesterisasi. Apakah Islamisasi itu berarti anti Barat?
Sejak beberapa abad ke belakang, Barat telah berjaya menyebarkan pandangan serta pengalaman sejarahnya. Bukan saja kepada umat Islam, melainkan kepada seluruh masyarakat di dunia. Malah, hampir semua agama besar dunia, termasuk Hindu dan Budha, telah mengalami proses kebaratan, utamanya sekulerisasi dan humanisasi.
Masalahnya, peradaban Barat bersumber dari ajaran Nasrani, Yahudi dan filsafat Yahudi. Al Attas selalu menegaskan, ajaran-ajaran al-Qur’an telah menolak gagasan akidah Yahudi, Nasrani dan konsepsi kosmologi Yunani kuno.
Islamisasi ilmu bukan bermaksud anti Barat dalam bentuk permusuhan dan kebencian. Ia lebih bersifat pemahaman mendalam tentang aspek-aspek serta metodologi keilmuan, keagamaan, sejarah, kebudayaan, filsafat, nilai, akhlak dan perundangan Barat. Yang baik dan tidak bertentangan dengan Islam harus dimanfaatkan. Yang bertentangan harus dibuang.
Masyarakat non-Islam sendiri tidak perlu khawatir dengan Islamisasi ilmu, begitu?
Kalau Islamisasi berjalan baik, semua umat apa pun agamanya akan mendukung. Jika Islamisasi sukses, akan menjamin umat Islam lebih berakhlak dan akan lebih menjamin hak-hak ekonomi serta politik semua umat, termasuk non-Muslim.
Bagaimana mengaplikasikan Islamisasi ilmu, apa harus membuat kurikulum khusus di sekolah?
Dari sejarah Islam dan sejarah pengislaman semua daerah di mana Islam menjadi dominan, Islamisasi berjalan melalui pendidikan berkualitas dari tokoh ilmuwan berwibawa yang mengajar dan mengamalkan ilmunya dengan tegas, bijaksana dan sederhana.
Jadi untuk mengaplikasikan Islamisasi ilmu, pertama, memerlukan individu berwibawa dengan jumlah yang memadai.
Kedua, mewujudkan institusi pendidikan resmi seperi sekolah, universitas dan yang tidak resmi seperti media massa, masjid dan institusi latihan professional yang lain.
Ketiga, program pendidikan baik secara langsung atau tidak langsung. Kurikulum khusus hanyalah refleksi kepada keperluan para pelajar dan masyarakat setempat serta bersifat fleksibel dan kreatif. Kurikulum yang baik tidak identik dengan banyaknya jumlah mata pelajaran keagamaan.
Apakah Islamisasi ilmu akan berakhir dengan pembentukan negara Islam?
Tujuan Islamisasi ilmu adalah melahirkan manusia yang berakhlak mulia dan sempurna adabnya dalam semua segi kehidupannya serta menjadi rahmat bagi semua di alam maya ini.
Islam adalah agama yang bersifat kemasyarakatan. Maka Islamisasi memerlukan pertumbuhan kehidupan bermasyarakat dengan semua institusinya. Setiap organisasi dan institusi masyarakat Islam memerlukan kepemimpinan yang berintegritas dan efektif.
Jika masyarakat Islam itu punya pengaruh luas sehingga berjaya menubuh sebuah negara, ianya terjadi sebagai sebuah proses pengembangan kehidupan manusia melalui perubahan worldview, ilmu, akhlak dalam arti yang luas.* (Bersambung)