Dikenal glamor, Maharatu Farah Diba Pahlevi tinggal di pengasingan, pangkat, kekuasaan dan kemewahanya hilang semalam setelah kerajaan itu diganti saat Revolusi Islam (Syiah) tahun 1978
Hidayatullah.com | PEREMPUAN ini dikenal ratu glamor terakhir Iran dan dijuluki ‘Jackie Kennedy dari Asia Barat’. Permaisuri Farah Diba adalah teman dekat seniman Spanyol Salvador Dali dan seniman visual Amerika Andy Warhol.
Farah Diba Pahlavi juga dianggap sebagai Marie Antoinette (Ratu terakhir sebelum Revolusi Prancis) era modern sebelum Revolusi Iran pecah pada 1979. Dia dikenal karena gaya hidupnya yang mewah termasuk, mengadakan pesta besar-besaran selama tiga hari di Persepolis pada bulan Oktober 1971 yang menyajikan sekitar 18 ton makanan.
Farah, 84, juga merupakan pendiri Museum Seni Kontemporer Teheran di mana ia mengumpulkan koleksi seni modern dan karya bernilai sekitar US$3 miliar. Di bawah naungannya, Museum of Modern Art berhasil memperoleh hampir 150 karya seni yang dihasilkan oleh seniman seperti Pablo Picasso, Monet dan Andy Warhol.
Pada saat itu, Farah dikatakan melobi pejabat tinggi pemerintah untuk karya seni yang dapat diandalkan untuk koleksi pribadinya sampai catatan yang disimpan oleh museum menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang. Ia berusaha membela diri dan akhirnya dicopot karena diduga terlibat skandal korupsi meski Farah membantah tudingan tersebut.
Masalah korupsi disebut-sebut sebagai masalah yang sangat serius pada masa pemerintahan suaminya, Mohammad Reza Pahlavi (Dinasti Pahlavi 1925-1979). Skala korupsi di Iran terus meningkat selama lonjakan harga minyak pada tahun 1973, terutama di kalangan keluarga kerajaan dan teman-teman terdekat mereka.
Mohammad Reza yang ditunjuk sebagai ‘individu terkaya di Teheran’ dituding tidak menganggap serius isu korupsi meski ada 30 laporan yang memuat rincian lengkap yang melibatkan pejabat tinggi dan kerabat kerajaan. Pada tahun 1977, skandal korupsi di Teheran antara tahun 1973 dan 1976 dilaporkan telah mencapai hingga US$1 miliar.
Beberapa kritikus berpendapat bahwa korupsi seperti ‘lem’ yang mempertahankan despotisme (pemerintahan besi) rezim Pahlavi dan modernisasi Iran. Revolusi rakyat pada tahun 1979 yang dipicu oleh kebencian terhadap budaya korupsi yang merajalela yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi akhirnya meruntuhkan Dinasti Pahlavi dan mengungkap nama-nama individu yang terlibat korupsi di bawah era monarki terakhir Iran.
Janda raja terakhir Iran ini dikanarkan tengan menantang rezim Teheran dengan memulai gerakan oposisi baru. Farah Diba berpendapat bahwa dasar pengambilalihan Republik Islam tahun 1979 adalah ilegal, menjadikan posisinya sebagai “Shahbanu”, atau “Maharatu”, gelar untuk permaisuri dalam bahasa Persia dan bahasa Iran, sebagai satu-satunya kepala negara yang sah di bawah Konstitusi 1906 Iran.
Karena dianggap berhasilanmemajukan bebebarapa sektor penting di Iran, Ratu Farah Pahlavi di nobatkan menjadi Maharatu tahun 1967. Mulai saat itu Ratu Farah Pahlavi bukan lagi hanya seorang pendamping Maharaja, tetapi juga seseorang yang mempunyai otoritas tertentu di Kerajaan Iran saat itu.

Selama pernikahannya sengan Shah Reza Pahlavi, mereka di karuniai 4 orang putra dan putri; Pangeran Reza Pahlavi (lahir 31 Oktober 1960), Putri Farahnaz Pahlavi ( lahir 12 Maret 1963), Pangeran Ali Reza Pahlavi (28 April 1966 – 4 Januari 2011), Putri Leila Pahlavi (27 Maret 1970 – 10 Juni 2001).
Tinggal di pengasingan
Farah Diba Pahlavi lahir dalam keluarga kelas atas di Teheran pada 14 Oktober 1938. Ayahnya meninggal saata ia berusia 10 tahun, membuat keluarganya berjuang secara finansial, memaksanya untuk pindah dari sebuah vila di Teheran utara dan tinggal di sebuah apartemen bersama pamannya.
Asal usul nama keluarga ‘Diba’ sendiri sebenarnya dari Azerbaijan dan dari kelompok masyarakat Ghotbi yang menempati garis pantai laut Kaspia. Ayah Farah Diba adalah Perwira militer Kerajaan Iran Sohrab Diba, dan seorang lulusan Hukum Universitas Sorlahirne Paris, lulusan sekolah militer perancis St. Cyr.
Farah menempuh pendidikan di Sekolah Italia di Teheran, Sekolah Jeanne d’Arc Prancis dan Lycee Razi, kemudian melanjutkan studinya di bidang arsitektur di cole Spéciale d’Architecture di Paris.

Farah Diba, demikian ia dikenal, selalu populer di Iran, dikreditkan sebagai mesin bagi banyak reformasi Shah, khususnya dalam hak-hak perempuan. Ia masih berstatus mahasiswa arsitektur, baru berusia 21 tahun ketika menjadi istri ketiga Shah, setelah bertemu dengannya selama kunjungan kerajaan ke Paris tempat dia belajar.
Wanita itu dikatakan bertemu suaminya di Kedutaan Besar Iran di Paris pada tahun 1959 dan mengumumkan pertunangan mereka pada 23 November di tahun yang sama. Sekitar sebulan kemudian, Farah dirayakan dalam upacara pernikahan yang mewah dan juga mengenakan gaun rancangan Yves Saint Laurent dan tiara berlian Noor-ol-Ain, terdiri dari lebih 300 butir berlian dan emas putih seberat 2 kilogran.
Pasangan ini dikaruniai empat orang anak dan memilih gaya hidup Barat karena Farah dibesarkan di lingkungan seperti itu. Lebih dari dua dekade setelah menjadi ratu, ‘masa keemasan’ Farah bersama suaminya akhirnya berakhir ketika Ayatollah Ruhollah Khomeini merebut tampuk pemerintahan negara itu.
Pada tahun 1978, terjadi revolusi di Iran yang ingin mengakhiri 2500 tahun kemaharajaan Iran. Dipimpim Ayatullah Rohullah Khomeini, kemaharajaan Iran diganti Republik Islam (Syiah) Iran. Pasangan dan anak mereka kehilangan pangkat, posisi, dan kewarganegaraan mereka dalam semalam.
Tahun 1979, Keluarga Shah Reza Pahlevi dan keluarga mengasingkan diri ke Mesir. Shah Reza Pahlavi sendiri Wafat pada Tahun 1981 di Mesir, dan Shahbanu Reza Pahlavi masih hidup dan tinggal di Prancis.*