Hidayatullah.com – Pada tanggal 24 Februari, pasukan penjajah ‘Israel’ menculik Fidaa Assaf dari desa Kafr Laqif di Provinsi Qalqiya, Palestina. Saat itu dia berada dalam perjalanan pulang dari Ramallah Medical Complex setelah menjalani pemeriksaan medis.
Sumber di pemerintahan Palestina kemudian mengungkap bahwa perempuan itu, yang sudah menikah dan merupakan seorang ibu, menjadi korban penggeledahan tubuh dan pelecehan verbal.
Ia juga dilaporkan ditahan di sebuah sel kotor yang penuh serangga, dan tidak diberi makanan serta minuman selama beberapa hari.
Meskipun mengidap kanker, penjajah ‘Israel’ tetap menahan Assaf di Penjara Damon yang terkenal kejam, bersama 42 tahanan perempuan lain seperti Doaa Kawazbeh dan Zahra Kawazbeh yang sedang hamil. Mereka menjadi sasaran penyiksaan dan pengabaian medis yang disengaja pihak berwenang ‘Israel’.
Assaf, Zahra dan Doaa termasuk dari 1.000.000 warga Palestina yang telah dipenjara dan disika oleh ‘Israel’ sejak 1967. Mereka menjadi target sebuah kebijakan, yang menurut sebuah studi baru, berfungsi sebagai “inti” dari pendudukan Israel atas Palestina.
Studi, yang dirilis oleh lembaga nirlaba American Muslims for Palestine pada hari Kamis, mengatakan bahwa sistem penjara Israel tetap menjadi “inti dari pendudukannya” atas Palestina, dengan Tel Aviv memenjarakan sekitar satu juta warga Palestina dengan rata-rata 47 orang per hari selama 58 tahun.
“Israel secara historis telah menjaga jumlah tahanan mendekati 6.000 pada satu waktu, berfluktuasi selama eskalasi, tetapi kembali ke angka rata-rata dengan cepat,” menurut studi berjudul “The Carceral History of Occupied Palestine”.
Menurut studi tersebut, hingga Mei 2025, sekitar 10.068 warga Palestina berada di dalam penjara ‘Israel’. Dari jumlah tersebut, 1.455 dijatuhi hukuman, 3.190 menunggu persidangan, dan 3.577 ditahan tanpa dakwaan berdasarkan penahanan administratif.
Sedangkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, setelah menangkap 251 pemukim dalam Operasi Thufan Al-Aqsha pada Oktober 2023 di lokasi militer dan permukiman ‘Israel’ yang dulunya milik Arab, telah membebaskan puluhan sandera.
Saat ini, Hamas masih menawan 49 pemukim, termasuk 27 orang yang dikhawatirkan tewas dalam serangan ‘Israel’ yang membabi buta.
“Sementara itu, penahanan administratif telah meledak setelah genosida Israel tahun 2023 di Gaza, melonjak dari 350 menjadi 2.373 tahanan per bulan — lonjakan tujuh kali lipat yang sekarang mencakup hampir sepertiga dari semua tahanan,” kata laporan itu.
Tel Aviv memberlakukan sistem penjara dengan penghalang pergerakan dan hukum yang kejam, katanya, seraya menambahkan, Tepi Barat yang diduduki kini menderita hampir 900 pos pemeriksaan, gerbang, dan blokade jalan militer Israel, naik dari 645 pada tahun 2023, yang melumpuhkan kehidupan sehari-hari.
Pada paruh pertama tahun 2024, studi tersebut mengatakan bahwa militer Israel melakukan 3.384 operasi pencarian dan penangkapan yang terdokumentasi di seluruh Tepi Barat yang diduduki.
“Pada bulan April 2025 saja, pasukan Israel melakukan penggerebekan massal yang mengakibatkan 530 penangkapan, termasuk 60 anak-anak dan 18 wanita, di seluruh kota, kota kecil, dan kamp pengungsi di Tepi Barat,” katanya.
Laporan tersebut menyoroti amandemen Knesset Israel tahun 2024 yang “melegalkan hukuman kolektif dan mengizinkan hukuman seumur hidup untuk anak-anak berusia 12 tahun.”
Dukungan Amerika
American Muslims for Palestine mengatakan dalam laporannya bahwa selama ini Amerika Serikat-lah yang “mendanai kebijakan (kolonial) ini” dan baru-baru ini menambah bantuan hingga lebih dari $14 miliar kepada ‘Israel’ untuk melakukan genosida terhadap warga Palestina di Gaza yang terkepung.
“Sejak 1948, Kongres telah mengalokasikan bantuan sebesar $383,75 miliar yang disesuaikan dengan inflasi, menjanjikan setidaknya $3,8 miliar dalam bentuk bantuan tahunan sejak 2016, sambil bergegas memberikan Israel $14,1 miliar pada April 2025 untuk menanggung genosida mereka.”
Tidak seperti negara lain, kelompok tersebut mengatakan, uang Amerika untuk Israel datang sebagai pembayaran sekaligus, memungkinkan Israel memperoleh bunga, dan mengalir melalui Penjualan Komersial Langsung yang tidak diawasi dengan ketat yang mempercepat persetujuan senjata AS untuk militer, penjaga penjara, dan pemukim ilegal mereka.
“Sistem penjara Israel, pengadilan militernya, penahanan administratif, penyiksaan, deportasi, dan pemenjaraan anak merupakan perangkat dominasi yang menyeluruh dan disengaja,” kata kelompok tersebut.
Dikatakan bahwa sistem tersebut didukung oleh uang, senjata, dan perlindungan diplomatik AS.
“Untuk menegakkan hukum internasional dan hak-hak Palestina, sistem tersebut harus dihancurkan seluruhnya, dan dukungan AS harus diakhiri.”