Hidayatullah.com—Sebuah jajak pendapat di tingkat negara bagian menunjukkan para pemilih New York menolak pembangunan masjid di dekat tempat yang diserang pada tahun 2001 di kota New York.
Hasil jajak pendapat menunjukkan, enam puluh tiga persen pemilih yang disurvei dalam jajak pendapat Sienna College menentang proyek ini, sementara 27 persen mendukungnya. Sepuluh persen lainnya abstain.
Sebelumnya, Presiden Amerika Barack Obama telah membela hak kaum muslim untuk membangun masjid itu sebagai bagian dari jaminan kebebasan beragama dalam Konstitusi Amerika. Tetapi ia mengatakan tidak akan berkomentar mengenai “kearifan” untuk melakukan hal ini.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan hampir dua per tiga warga kota New York juga beranggapan proyek ini dilindungi oleh Konstitusi Amerika, meskipun mereka menentang rencana tersebut.
Jajak pendapat yang dipublikasikan CNN minggu lalu menunjukkan hampir 70 persen warga Amerika juga tidak menyetujui rencana pembangunan masjid itu.
Masjid dan pusat kebudayaan yang akan didirikan itu berjarak kurang dari satu kilometer dari tempat yang disebut sebagai ‘Ground Zero’, di mana para pembajak Al-Qaidah menabrakkan dua pesawat penumpang ke menara kembar World Trade Center.
Polemik
Rencana pendirian masjid di dekat lokasi ‘Ground Zero” terus menjadi polemik. Kemarin, Walikota New York Michael Bloomberg mengaku kecewa terhadap gagasan pelarangan pendirian tempat suci kaum muslim ini. Ia sempat mengatakan, akan menjadi “hari menyedihkan untuk Amerika” jika penentang memblokir rencana pembangunan masjid di dekat lokasi serangan 11 September di kawasan Manhattan, New York.
Bloomberg juga mengatakan dalam sebuah konferensi pers hari Senin bahwa pemerintah seharusnya tidak campur tangan dalam masalah agama. Ia mengatakan, menghentikan pembangunan masjid dan pusat masyarakat hanya karena lokasinya dua blok dari tempat di mana “kebebasan diserang” akan merupakan hari menyedihkan bagi seluruh negara.
Walikota Bloomberg dan pihak-pihak yang mendukung pembangunan pusat itu mengatakan, hal ini akan menjembatani perbedaan pendapat antara pihak Barat dan dunia muslim. [voan1/hidayatullah.com]