Hidayatullah.com—Perdana Menteri Maroko menuntut Amnesty International untuk memberikan bukti yang mendukung tuduhannya bahwa pemerintah Rabat menggunakan spyware untuk menyadap telepon seorang jurnalis.
Pada bulan Juni, Amnesty mengatakan pihak berwenang Maroko menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan perusahaan sekuriti Israel NSO untuk menyisipkan spyware ke dalam ponsel Omar Radi, seorang jurnalis yang menjadi terpidana pada bulan Maret terkait sebuah cuitan di media sosial.
Software Pegasus itu dapat menyalakan kamera dan mikrofon ponsel serta mengakses datanya.
Apabila organisasi itu tidak dapat memberikan bukti tuduhannya, Kerajaan Maroko akan mengambil “langkah-langkah yang diperlukan guna mempertahankan keamanan nasional” dan membersihkan opini publik terkait tuduhan-tuduhan tersebut, kata PM Saad-Eddine El Othmani dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan Moroccan Press Agency hari Kamis (2/7/2020) seperti dilansir AFP.
Pekan lalu, pihak berwenang Maroko mengatakan pihaknya memanggil direktur lokal organisasi berbasis di London tersebut guna meminta bukti tentang “tuduhan serius yang tendensius itu,” tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari Amnesty International.
Lebih lanjut pernyataan itu mengatakan bahwa tanpa bukti berarti tuduhan Amnesty tersebut merupakan kampanye pencemaran nama baik internasional yang agendanya tidak ada hubungannya dengan hak asasi manusia. Sebagaimana diketahui, Amnesty International menempatkan dirinya sebagai “pengawas” pelaksanaan hak-hak asasi manusia di berbagai negara.
Pernyataan itu mengecam “persekusi sistematik dan berkesinambungan terhadap kepentingan Maroko” yang dilakukan oleh organisasi tersebut.
Seorang pejabat senior Maroko, yang tidak disebutkan identitasnya, mengatakan kepada AFP bahwa negaranya tidak menggunakan teknologi NSO, merujuk pada perusahaan sekuriti asal Israel itu.
Rabat pekan lalu mengatakan sedang menyelidiki apakah Radi menerima dana dari pihak asing sebagai imbalan informasi intelijen yang diberikannya.
Pernyataan yang dirilis hari Kamis tersebut mengatakan jurnalis itu sedang menjalani pemeriksaan dengan tuduhan melanggar keamanan negara terkait “hubungannya dengan seorang petugas penghubung dari sebuah negara asing.”
Dikatakan bahwa agen asing tersebut telah beroperasi sejak 1979 dengan menyamar sebagai diplomat di sejumlah kawasan konflik di seluruh dunia.
Pekan lalu, Radi mengatakan kepada AFP bahwa pemeriksaan terhadap dirinya berkaitan dengan laporan Amnesty dan dia menyebut tuduhan itu “menggelikan”.
Amnesty mengatakan Radi secara sistematis ditarget oleh pihak berwenang Maroko dikarenakan kerja jurnalistik dan kegiatannya sebagai seorang aktivis.
Pada bulan Maret, Radi dijatuhi hukuman percobaan empat bulan penjara karena mengkritik seorang hakim lewat Twitter.
NSO di Amerika Serikat digugat oleh pihak WhatsApp terkait tuduhan spionase siber terhadap aktivis-aktivis hak asasi manusia dan lainnya.
Perusahaan Zionis Israel itu mengatakan hanya memberikan lisensi perangkat lunaknya kepada pemerintah-pemerintah untuk memerangi kriminalitas dan terorisme, dan pihaknya sedang menyelidiki kemungkinan penyalahgunaan software buatannya tersebut.*