Pernah kah kita amati jari jemari yang lentik berderet di tangan? Apa jadinya jika jari-jari tersebut tidak ada atau sekedar belum sempurna bentuknya? Boleh jadi, kita akan kesulitan memegang gagang pintu serta memasukkan kunci ke lubangnya dengan tepat. Bila dikaji lebih jauh, sungguh di balik penciptaan itu semua ada rahasia Allah yang amat rinci dan tepat dalam merancang sesuatu.
Jari Hasil Bunuh Diri Bentuk jari yang melekat pada tubuh merupakan hasil serangkaian proses pelik bernama apoptosis. Apoptosis merupakan proses penghilangan sel-sel tak diinginkan yang jumlahnya mungkin mencapai juta’an tiap detiknya. Kematian sel terprogram ini menentukan bentuk dan rupa janin selama masih berupa embrio. Dengan melibatkan berbagai senyawa dalam tubuh, apoptosis ‘membunuh’ sel-sel tertentu dan membiarkan yang lain tetap hidup. Sel-sel yang hidup, salah satu contohnya, dapat dilihat pada jari-jari yang memanjang. Adapun sel-sel yang sengaja dibunuh, akan menjadi ruang sela antara jari satu dengan lainnya.
Peristiwa yang normal terjadi dalam sel ini merupakan salah satu ‘teknik’ Allah dalam merancang makhluk-Nya sehingga terbentuk rupa dan fungsi yang tepat serta enak dipandang mata. Bahkan, kini juga diketahui bahwa apoptosis merupakan cara yang diberikan Allah kepada tubuh untuk melindungi diri dari ganasnya penyakit kanker.
Kajian bunuh diri Kenyataan bahwa apoptosis adalah kinerja unik sel dalam menanggapi kondisi diri dan lingkungannya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa ilmuwan. Para peneliti seakan berlomba menguak tabir keajaiban di balik fenomena kematian sel dalam tubuh. Hal ini terlihat dari beberapa laporan ilmiah terkini terkait apoptosis yang kian hari kian bertambah.
Usaha memahami teknik Allah dalam memelihara sel tubuh manusia ini tengah dilakukan oleh sekelompok ilmuwan. Sebut saja, apa yang dilakukan oleh asisten profesor Li Hoi Yeung dan asisten professor Koh Cheng Gee beserta tim dari Nanyang Technological University (NTU), Singapura. Penelitian yang dilaporkan pada tahun 2009 ini menyebutkan bahwa selama apoptosis, kinerja penyelamatan sel dihambat oleh protein tertentu, semacam ‘anti-faktor’. Padahal, cara penyelamatan ini sangat dibutuhkan untuk menjaga sel tetap hidup. Kejadian ini menyebabkan terhentinya kemampuan sel untuk mengawali proses perbaikan terhadap kerusakan diri.
Mereka juga mengungkapkan sejenis protein khusus, disebut RanGTP, yang terlibat dalam lalu lintas keluar dan masuknya protein tertentu tersebut dalam sel. Kadar RanGTP berkurang banyak selama tahap awal apoptosis. Kondisi ini berseberangan dengan keadaan normal, yakni kadar RanGTP di dalam inti tinggi dan di dalam sitoplasma (semacam cairan yang menyelimuti inti sel) rendah. Terjadinya perbedaan konsentrasi (gradien) RanGTP antara inti dan sitoplasma dimanfaatkan sebagai jalur sekaligus pengarah lalu lintas protein serta molekul lain ke dalam dan ke luar inti. Oleh sebab itu, ketika kadar RanGTP berkurang di dalam inti, gradien RanGTP akan terganggu dan mesin lalu lintas pun mati.
Demikianlah setetes air dari lautan ilmu Allah yang maha luas. Tak satu pun makhluk di dunia ini luput dari pengetahuan dan rancangan-Nya yang serba tepat lagi mengagumkan. Betapa tidak, sebuah sel yang tak ber-‘otak’ seperti manusia ternyata mengetahui kapan saat yang tepat untuk membelah diri dan menghentikan hidupnya. Dengan apoptosis, jemari kita dapat berbentuk dan berfungsi sebagaimana mestinya. Pun, dengan cara yang sama seekor kecebong mengetahui waktu yang sesuai untuk memutuskan ekornya. Lalu, masihkah berpikir bahwa kejadian rumit lagi terancang sempurna ini adalah suatu perkara yang lumrah bahkan kebetulan? “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan-Nya di waktu Dia mengatakan: “Jadilah, lalu terjadilah”, dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang gaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui” [QS Al An’aam 6:73]. Ilustrasi: U.S National Library of Medicine *)Penulis, Syaefudin, adalah Asisten Dosen Metabolisme, Departemen Biokimia, FMIPA-Institut Pertanian Bogor. Referensi:Nanyang Technological University (2009, July 30). Important Insight Into Apoptosis Or Programmed Cell Death. ScienceDaily. Retrieved July 10, 2010, from http://www.sciencedaily.com¬ /releases/2009/07/090714104004.htm