Hidayatullah.com–Malam bagi negara Muslim yang tengah dilanda musim panas seperti Mesir, lebih pendek daripada siangnya. Jarak antara selesai shalat Tarawih dengan Sahur tidak begitu lama. Maka tidak jarang juga banyak orang yang memilih begadang tidak tidur sepanjang malam sampai menjelang Sahur. Malam pun menjadi hidup seolah menggantikan kehidupan siang.
Pantauan hidayatullah.com, beberapa toko-toko memang ada yang tutup menjelang tengah malam. Mungkin persiapan untuk Sahur. Tapi untuk warung-warung makanan, biasanya buka full time dari Magrib, waktu berbuka puasa, sampai waktu makan Sahur. Hanya beberapa saja yang mungkin memilih tidak melayani pelanggan.
Jadi, bagi mereka yang tidak sempat memasak untuk persiapan makan Sahur tidak perlu khawatir. Untuk orang Indonesia yang tinggal di kawasan Nasr City misalkan, warung-warung Indonesia masih tetap buka sampai Sahur. Jika ingin menikmati makanan Sahur ala Mesir, warung-warung Mesir juga setia menemani Sahur.
Biasanya, persiapan masak-memasak untuk makan Sahur sudah dimulai dari jam 2 dini hari. Pasalnya adzan Subuh di Kairo akan berkumandang pada jam 03.27 dini hari, atau sekitar itu. Jadi memang dibutuhkan persiapan yang cukup lama untuk masak-memasak Sahur, agar tidak terlalu terburu-buru.
Sekitar jam 2 dini hari itu juga biasanya terdengar bunyi “tang-ting-tong” yang dipukul orang untuk membangunkan atau memberi peringatan kepada orang lain untuk Sahur. Ada yang memukul gendang dengan kayu, ada juga yang hanya bermodalkan ember. Tidak hanya dengan memukul benda-benda, orang itu juga sambil teriak menyuruh bangun tidur dan persiapan Sahur.
Di antara mereka yang membangunkan Sahur itu adalah seorang tua yang sudah berusia lanjut. Dengan mengenakan pakaian jalabiah khas Mesir, orang tua ini berjalan sambil memukul gendang yang disandangnya. Sesekali dia juga teriak memperingatkan orang untuk bersahur.
Kelihatannya orangtua itu melakukannya dengan suka rela. Setiap malam dia berkeliling membangunkan orang Sahur.
“Saya melakukannya setiap malam,” tutur orangtua itu pada hidayatullah.com.
Namun, jika ada orang yang berbaik hati memberikan sepeser-dua peser uang untuknya, orang tua itu juga tidak menolak. Meski begitu, dia tidak menengadahkan tangan untuk meminta-minta. Yang dia lakukan hanyalah memukul gendang yang dia bawa, dan sesekali berteriak memperingatkan Sahur.
Begitulah cara orang Mesir membangunkan dan memperingatkan Sahur kepada sesamanya. Suara gendang atau benda lainnya yang disertai dengan teriakan akan selalu terdengar setiap menjelang Sahur. Jika kita merasa iba, maka kasihnya beberapa rezki yang kita punya kepada mereka yang dengan senang hati membangunkan Sahur. Karena pada dasarnya mereka juga sangat membutuhkan uluran tangan dari orang lain.*