Hidayatullah.com–Bank Indonesia (BI) mencetak uang baru senilai Rp56,4 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadhan dan Idul Fitri 1433 Hijriah yang diperkirakan mencapai Rp89,4 triliun.
“Dari perkiraan kebutuhan Rp89,4 triliun, yang cetak baru sekitar Rp56,4 triliun. Kami sudah minta Peruri untuk mencetaknya,” kata Deputi Gubernur BI, Ronald Waas, di Jakarta, Senin (23/07/2012).
Dijelaskannya, uang baru yang akan dicetak BI pada Peruri tahun ini senilai Rp160 triliun atau naik 30 persen dibandingkan uang baru pada 2011 senilai Rp135 triliun.
“Kebutuhan untuk puasa dan Lebaran setiap tahunnya sekitar sepertiga uang yang akan dicetak selama satu tahun,” kata Ronald.
Untuk kebutuhan uang tunai masyarakat selama Puasa dan Lebaran, BI memperkirakan mencapai Rp89,4 triliun atau naik Rp9,1 triliun atau 11,3 persen dibanding realisasi kebutuhan masyarakat pada puasa dan Lebaran 2011.
Kebutuhan uang pecahan besar, menurut dia, diperkirakan senilai Rp81,1 triliun dan uang pecahan kecil Rp8,3 triliun.
“Persediaan uang ini dinilai sangat mencukupi dalam memenuhi proyeksi kebutuhan uang periode Ramadhan dan Lebaran 2012, baik dari sisi jumlah total maupun jumlah pecahan,” katanya.
Untuk transaksi non-tunai, Ronald memperkirakan, juga akan meningkat dibanding tahun lalu yang mencapai 100.000 transaksi pada dua hari menjelang Lebaran.
“Untuk transaksi non-tunai melalui kliring dan Real Time Gross Setlement (RTGS) diperkirakan akan naik meski tidak terlalu tinggi karena libur lebaran hanya 6 hari, sementara tahun lalu 9 hari,” katanya.
Pada 2011, ia mengemukakan, transaksi RTGS mencapai angka tertinggi senilai 100 ribu transaksi pada dua hari menjelang Lebaran bernilai nominal Rp446 triliun. Sementara itu, transaksi kliring mencapai angka tertinggi dua hari setelah Lebaran sebanyak 772.000 transaksi senilai Rp18,8 triliun.
Ronald mengimbau, masyarakat untuk terus memanfaatkan transaksi non-tunai dalam belanja kebutuhan puasa dan Lebaran yang dinilai lebih efisien dan aman.
“BI berupaya memadukan layanan tunai dan nontunai pada Puasa dan lebaran kali ini untuk terus mendorong terbentuknya less cash society,” demikian Ronald Waas.*