Hidayatullah.com—Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek memberikan masukan kepada Hidayatullah berkaitan diselenggarakannya acara Musyawarah Nasional (Munas) IV di Balikpapan. Masukan diberikan karena ia meyakini, Pesantren Hidayatullah dan Kalimantan Timur memiliki hubungan historis sangat kuat.
“Saya sangat mendukung dilaksanakannya Musyawarah Nasional keempat Hidayatullah ini. Tema yang diangkat sangat sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh bangsa saat ini, terkait bagaimana menghadapi tantangan-tangatangan berat ke depan,” ucapnya kepada hidayatullah.com kala ditemui di Lamin Etam Samarinda Senin (03/11/2015) kemarin.
Lebih jauh Awang berharap Hidayatullah benar-benar memantabkan diri dengan sungguh-sungguh menyusun program yang dapat menjadi solusi problematika bangsa, khususnya di Kalimantan Timur.
“Itulah harapan saya terhadap Munas Hidayatullah kali ini. Jangan hanya terpaku pada pemilihan pengurus. Tetapi justru lebih fokus untuk membahas program terkait bagaimana mengatasi masalah bangsa dengan bersinergi bersama pemerintah,” imbuhnya.
Hal itu disampaikan Awang mengingat pada Januari 2016 Masyarakat Ekonomi ASEAN akan dibuka dan semua pihak, termasuk pondok pesantren mesti ikut berkontribusi menyiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Awang menyatakan berkomitmen untuk terus meningkatkan daya saing sumber daya manusia di Kaltim yang salah satunya dengan menggulirkan program beasiswa bagi anak-anak Kaltim.
Pada kesempatan tersebut ia menyebutkan telah menetapkan keputusan untuk memberikan beasiswa bagi kader-kader Hidayatullah yang tersebar di wilayah Kaltim agar Hidayatullah bisa menjadi lokomotif tersedianya SDM unggul dan religius yang senantiasa bersinergi dengan pemerintah.
Diketahui Hidayatullah tak lama lagi akan menggelar musyawarah nasional lima tahunan di Pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimatan Timur, tepatnya pada tanggal 7 hingga 10 November 2015 mendatang.
Musyawarah ini rencananya akan dibuka oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dan akan ditutup oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifudin. Munas juga akan dihadiri sejumlah pejabat pemerintah seperti Menteri Pertanahan Nasional, Ferry Mursyidan Baldan, dan Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak, serta sejumlah ulama seperti KH Slamet Effendy Yusuf, Wakil Ketua MUI Pusat.
Selain para tamu, musyawarah juga akan diikuti oleh lebih dari 1.000 perwakilan Hidayatullah di seluruh Indonesia.
Kepala Biro Humas PP Hidayatullah, Mahladi Murni, menjelaskan, berbeda dengan munas organisasi massa Islam lainnya, Munas Hidayatullah tak melakukan pemilihan ketua umum. Sebab, ketua umum Pengurus Pusat Hidayatullah periode 2016-2020 telah dipilih oleh pimpinan umum Hidayatullah, Ustad Abdurrahman Muhammad, berdasarkan masukan dari sejumlah pengurus Dewan Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.
“Jadi, Munas tersebut hanya sebagai ajang evaluasi pelaksanaan program periode sebelumnya, pengesahan program strategis organisasi 2016-2020, serta pengukuhan ketua umum organisasi, anggota Dewan Pertimbangan Pimpinan Umum, Majelis Penasehat, dan Anggota Dewan Muzakkarah,” kata Mahladi dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa kemarin.
Pembeda lainnya, lanjut Mahladi, Munas Hidayatullah digelar di dalam masjid serta pesantren, sebagaimana dulu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam dan para Sahabat juga kerap menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan.
Masjid yang dipilih pun adalah masid utama yang dibangun di lokasi pesantren pusat Hidayatullah, Balikpapan, Kalimantan Timur. Yakni, Masjid Ar-Riyadh.
“Para peserta juga tidak menginap di hotel, melainkan di dalam masjid dan di ruang-ruang pesantren. Masjid Ar Riyadh sendiri berkapasitas 3 ribu jamaah. Masjid ini terletak tak jauh dari gerbang masuk pesantren yang luasnya 120 hektar ini. Masjid Ar Riyadh dibangun dua lantai. Lantai dasar akan dipakai sebagai tempat istirahat para peserta Munas,” beber dia.
Mahladi menyebutkan saat ini Hidayatullah telah berusia hampir setengah abad. Pada awalnya, Hidayatullah hanyalah sebuah pondok pesantren yang didirikan oleh Ustadz Abdullah Said pada 7 Januari 1973.
Dalam perkembangannya, Said mengirimkan santri-santrinya untuk berdakwah ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, khususnya daerah-daerah minoritas Muslim.
Di tempat tugas baru tersebut para santri Hidayatullah tak sekadar berdakwah, tetapi juga membangun cabang pondok pesantren Hidayatullah. Kini Hidayatullah telah memiliki cabang di 280 kabupaten dan kota, tersebar di 33 propinsi.*
Selain para tamu, musyawarah juga akan diikuti oleh lebih dari 1.000 perwakilan Hidayatullah di seluruh Indonesia.