Oleh: Dr. Abizal Muhammad Yati, Lc, MA
PARA penguasa negara Arab dan Timur Tengah ini dikejutkan dengan mudzaharat (demontrasi), di mana hal ini mustahil terjadinya sebelumnya karena setiap ada gerakan-gerakan yang mencurigakan untuk mengkritik pemerintah yang berkuasa. Inilah yang akrab disebut ‘kebangkitan dunia Arab’ atau “Musim Semi Arab” (The Arab Spring).
Gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab bermula tahun 18 Desember 2010, setelah kejadian yang melanda Tunisia dan meninggalnya mahasiswa miskin bernama Muhammad Bua’azizy dengan membakar dirinya. Ia putus asa karena pihak keamanan Tunis menyita gerobak dorong miliknya dan ia tidak diizinkan untuk berjualan.
Penguasa Tunis tiba-tiba terhenyak oleh ribuan demonstran yang membela Bua’azizy dengan memenuhi jalan-jalan ibu kota Tunis yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Aksi massa akhirnya berhasil melengserkan Zainal Abidin bin Ali dari singgasana kekuasaannya setelah 23 tahun berkuasa di Tunis.
Yaman, Mesir, Suriah, dan beberapa negara Arab lain mulai mencotoh kejadian di Tunis. Rakyat Sudan sudah beberapa orang yang mencoba membakar diri, di Mesir dan Al-Jazair juga demikian. Demontrasi juga telah mulai bergejolak di Mesir, Sudan, Yaman, Qatar dan Libya, mereka mencoba untuk melakukan aksi kritikan terhadap pemerintah yang berkuasa.
Husni Mubarak di Mesir berhasil digulingkan dari kekuasaanya pada awal tahun 2012 silam melalui demontrasi besar-besaran, telah menalan korban kematian ribuan jiwa, kemudian tampuk pemerintahan dipimpin oleh Muhammad Mursy dari partai Al Ikhwan al Muslimun, namun jabatan kepresidenan tidaklah lama hanya beberapa bulan saja, beliau dilengserkan dari jabatannya melalui kudeta militer yang dilakukan oleh kaki tangannya sendiri Jenderal Al-Sisi yang pernah diangkat Mursy .
Mursy jatuh dari kekuasaannya, korbanpun berjatuhan karena rakyat yang pro Mursy tidak senang dengan kudeta tersebut, sampai saat ini mesir terus mengalami krisis.
Di negeri Syam atau lebih dikenal Suriah yang dipimpin oleh rezim Bahshar Al-Assad hingga saat ini tidak ada yang mampu melengserkan kekuasaannya, ini terbukti semenjak tahun 2011 demontrasi besar-besaran yang dilakukan masyarakat hingga saat ini masih berlangsung yang lebih besar dari demontrasi. Ribuan rakyat Suriah yang kehilangan nyawa, harta benda, tempat tinggal dan mata pencarian, ribuan mereka yang mengungsi ke negara tetatangga akibat dari krisis yang berkepanjangan yang tidak pernah usai. Asaad enggan turun dari jabatannya, bahkan dia melakukan tindakan apa saja untuk memperathankan kekuasaannya meskipun membunuh rakyat yang tidak berdosa, seperti belum lama ini diketahui ia menembakkan gas kimia yang mengandung racun yang telah menewaskan bayi-bayi, anak-anak yang tidak berdosa, orangtua, wanita dan lainnya.
Fir’aunisme
Ada apa dibalik semua krisis tersebut? Kenapa para pemimpin Timur Tengah tersebut tidak lagi memperdulikan kepentingan rakyat, sehingga melanggar hukum-hukum Allah sekaligus melanggar hak-hak kemanuasiaan. Hanya karena mempertahkan kursi kekuasaan sebagai kepala Negara?
Kalau kita melihat sejarah para penguasa Arab dan Timur Tengah dari masa dahulu hingga sekarang, maka dapat kita simpulkan bahwa tabiat mereka hampir sama. Sebagai contoh Fir’aun misalnya yang mengaku dirinya Tuhan “Akulah Tuhanmun yang Paling Besar” (An-Naziat:24).
Fir’aun memimpin Mesir sampai ajal menjemputnya, ia sangat takut kehilangan singgasananya, suatu hari ia bermimpi bahwa akan lahir seorang laki-laki yang akan merubah Mesir dan sebagai juru selamat bagi kaum lemah. Mimpi itu membuat ia ketakutan, ia segera memerintahkan kepada para petugasnya untuk memantau setiap perempuan yang sedang hamil, jika bayi laki-laki maka harus dibunuh.
Sepertinya sifat Fir’auniyah tersebut telah terwarisi bagi penguasa Arab dan Timur Tengah, apa bedanya prilaku Fir’aun yang berkeinginan untuk membunuh setiap bayi lelaki yang lahir dengan para pemimpin Arab dan Timur Tengah saat ini yang berusaha melenyapkan siapa saja yang berani menentang kekuasaan mereka dengan segala cara. Fira’un membunuh setiap bayi lelaki yang lahir karena ia takut ada pembaharu yang akan menggoyahkan posisinya sebagai kepala negara, saat ini para pemimpin Timur Tengah dan Arab membunuh siapa saja yang yang berusaha menggoyahkan kekuasaan mereka meskipun itu hanya sebatas kritikan.
Dari sudut lain para penguasa Arab dan Timur Tengah ketika sudah mendapat kesempatan sekali untuk memimpin negara, maka selanjutnya mereka melakukan segala cara agar bisa menduduki posisi itu sampai akhir hayatnya, bahkan punya keinginan untuk mewariskan kepada anak cucu mereka layaknya sebuah kerajaan meskipun sistem pemerintahan mereka bersifat presidentil yang dilakukan melalui pemilihan kepemimpinan dalam pemilihan umum secara demokratis yang di mana seorang presiden hanya boleh berkuasa dalam dua periode saja.
Beginilah kondisi yang ada di sebagian negara-negara Timur Tengah dan Arab, hati setiap rakyat negagara-negara tersebut saat ini dihiasi harapan-harapan untuk dapat meluahkan semua kebencian mereka terhadap pemerintah yang berkuasa, mereka telah bosan dengan kekejaman-kekejamanan pemerintah yang berkuasa, belum lagi harga kebutuhan hidup sehari-hari melonjak begitu tinggi, sebagian mereka kehilangan tempat tinggal, kehilngan mata pencarian, angka kemiskinan terus meningkat tajam, sementara para penguasa mereka bersama keluarga hidup dalam kemewahan. Akankah Krisis tersebut berkahir. Semoga Allah memberikan jalan keluarnya. Amin.*
Penulis adalah Alumni S3 Omdurman University Sudan/ Dosen Luar Biasa Fakultas Dakwah & Komunikasi Islam UIN Ar-Raniry Aceh/wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan/ Ketua Bidang Dakwah Dewan Dakwah Islamiyah (DDI) Aceh