oleh Abdel Bari Atwan
Hidayatullah.com — Jika anda ingin tahu apa yang bisa terjadi di beberapa negara Arab dalam beberapa bulan ke depan, lihatlah Sri Lanka. Ribuan pengunjuk rasa mengambil alih istana presiden dan gedung pemerintahan lainnya, memaksa Rajapaksa bersaudara melarikan diri dan menyerahkan kekuasaan.
Rakyat Sri Lanka telah mengalami kondisi kehidupan yang berat, dalam beberapa hal mirip dengan yang terjadi di Libanon. Pemerintah tidak mampu membayar utang luar negerinya yang besar atau bahkan sekedar memenuhi kebutuhan pangan, obat-obatan, atau bahan bakar dasar negara.
Listrik padam karena kekurangan bahan bakar, rak-rak apotek kosong, tiga perempat penduduk hidup dengan sekali makan per hari, dan korupsi merajalela, terutama di kalangan elit penguasa.
Ironisnya, korupsi yang dilakukan oleh presiden terpilih Sri Lanka dan saudaranya tergolong kecil dibandingkan dengan rekan-rekan Arab mereka. Para pengunjuk rasa yang menyerbu kediaman Mahinda Rajapaksa hanya menemukan uang tunai senilai $48.000 di sana dalam mata uang lokal dan menyerahkannya kepada polisi.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mencoba menyalahkan kerusuhan di Rusia karena kenaikan harga biji-bijian global yang disebabkan oleh terhambatnya ekspor gandum dari Ukraina.
Ini adalah kebohongan besar. Protes akibat kelaparan di Sri Lanka dimulai beberapa bulan sebelum perang Ukraina, dan negara itu mengimpor sebagian besar gandumnya dari negara tetangga India.
Skenario Sri Lanka dapat direplikasi dengan baik di beberapa negara Arab yang telah mulai menghadapi krisis pangan karena kenaikan 50% harga biji-bijian di pasar global dan penurunan volume ekspor yang disebabkan oleh perang Ukraina, di mana AS memainkan peran utama dalam menggunakan orang-orang Ukraina yang malang sebagai pengganti dan umpan meriam.
Tidaklah mengherankan jika rakyat Arab yang lapar menyerbu istana raja dan presiden mereka serta kediaman pejabat senior mereka yang korup sebagai protes atas kelaparan dan korupsi di bulan-bulan mendatang. Jika mereka melakukannya, mereka akan menemukan ratusan juta dolar mata uang asing, perhiasan, emas batangan, dan ornamen mahal yang ditimbun di sana, dan bukan hanya 48.000 dolar AS, seperti yang ditemukan di kediaman presiden Sri Lanka. Dia telah dianggap penting oleh banyak orang Sri Lanka karena mengakhiri pemberontakan Tamil yang telah berlangsung lama, tetapi mereka tidak bisa melupakan penjarahan, korupsi, dan kesalahan mengelola pemerintahannya.
Kelaparan tak kenal ampun, dan korupsi tak termaafkan. Pemberontakan rakyat adalah hasil yang tak terelakkan, di Sri Lanka dan di tempat lain.*
Diterjemahkan dari 5pillarsuk.com