Hidayatullah.com—Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah melepas keberangkatan 27 kader ulama muda yang akan belajar agama di Libya.27 kader putra dan putri itu adalah penerima beasiswa pendidikan S-1 di Universitas Al-Asmarya, kota Zliten.
Mereka adalah penerima beasiswa lolos setelah bersaing dengan seribu orang pendaftar. Hadir secara virtual dalam pelepasan ini, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr Haedar Nashir.
Dalam sambutanya, Haedar memberi pesan empat bekal kepada para mahasiswa. Pertama, ia berharap para kader Muhammadiyah menguatkan azzam untuk benar-benar.
“Maka pesan kami untuk memperkuat pesan pada ananda sekalian, kuatkan azzam, kuatkan niat untuk betul-betul belajar ilmu, untuk menjadi ulama yang rasikhuna fil ilm. Ini insyaAllah tercapai jika niatnya kuat, dan harus lurus, insyaAllah tidak terganggu oleh hal-hal lain,” tuturnya.
Haedar juga mengingatkan agar keberangkatan ini tidak karena kepentingan pribadi, melainkan kepentingan umat dan persyarikatan, dan meminta mereka serius menempuh perjalanan studi untuk menjadi ulama.
“Maka diberangkatkan dari kantor yang cukup megah ini, ananda membawa nama, misi, marwah dan azzamnya Muhammadiyah. Muhammadiyah masih memerlukan ulama-ulama yang menguasai ilmu-ilmu dirasah Islamiyah yang kuat,” imbuhnya.
Ia juga berpesan agar para kader tetap memperkuat pemahaman atas ideologi Muhammadiyah, demikian agar menjadi orang-orang yang cerdas dalam memahami teks.
“Ingatlah Indonesia ini negeri Muslim terbesar. Ini penting supaya selalu terkoneksi karena nanti pulang jadi pelaku dakwah Muhammadiyah yang tersebar di berbagai tempat. Dan nanti ilmu dakwahnya diperluas dengan konteks Keindonesiaan tanpa menjadi nasionalisme yang chauvinis. Islam itu rahmatan lil alamin,” tegasnya.
Dikawal Adi Hidayat
Pelepasan 27 kader ulama ini turut dikawal secara langsung oleh ulama muda Muhammadiyah KH Adi Hidayat dan Ketua Lembaga Pengembangan Pembinaan Haji dan Umrah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, M. Ziyad.
Adi Hidayat yang juga Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, mengatakan 27 kader terpilih ini akan dididik dengan kurikulum khusus dengan para ulama otoritatif.
Mereka, kata Adi diproyeksikan menjadi ulama yang terkoneksi dengan kebutuhan Majelis Tarjih, Majelis Tabligh, dan Lembaga Dakwah Khusus Muhammadiyah. Universitas Asmarya sendiri, yang akan menjadi tempat belajar mereka, disebut Adi sebagai kampus terbagus di Libya dalam mencetak ulama dan ahli Al-Quran.
“Karena memang desain yang kami persiapkan dari awal dan kami komunikasikan dengan Muhammadiyah saat pra Muktamar di Solo, Muhammadiyah khusus di Majelis Tarjih dan Tabligh harus ada kader-kader yang semakin dinamis menghadapi tantangan di masa depan bukan sebagai alim ulama, tapi juga dai. Kami menginginkan kriteria ideal, alim dan dai,” ungkapnya mengutip Surat Al-Fussilat ayat 33 dan Surat Ali Imran ayat 110.
Saya tegaskan mari anda berangkat tidak membawa nama pribadi,” ujar Adi.
Selanjutnya, Adi juga meminta para mahasiswa menjaga kehormatan bangsa dan persyarikatan Muhammadiyah.
“Jaga nama baik Persyarikatan, jadi kalau mau malas-malas, nanti yang dillihat bukan antum pribadi, tapi yang mengutus. Saya tidak mengirim Anda ke sana untuk jalan-jalan, saya mengirim anda jadi ulama,” tegasnya.
Terakhir, Adi Hidayat berpesan agar selama di Libya, para kader fokus menuntut ilmu dan menghindari terlibat dari aliran keagamaan yang tidak sesuai dengan manhaj ideologi Muhammadiyah, termasuk kegiatan yang bersinggungan dengan hal-hal di luar studi.
Beasiswa ini sendiri merupakan gelombang pertama dari Universitas Asmarya.*