Hidayatullah.com—Para pemimpin ASEAN sangat prihatin dengan kekerasan yang terus terjadi di Myanmar, terutama serangan bersenjata terhadap konvoi kemanusiaan.
Para pemimpin ASEAN dalam sebuah pernyataan menyerukan segera diakhirinya segala bentuk kekerasan dan penggunaan kekuatan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman dan cepat serta diadakannya dialog nasional yang inklusif.
Selain itu, para pemimpin ASEAN juga mendukung pernyataan yang dikeluarkan pada 8 Mei 2023 oleh Presiden Indonesia Joko Widodo selaku Ketua ASEAN sebagai tanggapan atas penyerangan konvoi Pusat Koordinasi Bantuan Kemanusiaan ASEAN untuk Penanggulangan Bencana (AHA Center) dan Tim Pemantau ASEAN di Myanmar baru-baru ini.
“Kami mengutuk serangan itu dan dalangnya harus dimintai pertanggungjawaban,” kata Pemimpin ASEAN itu dalam sebuah peryanyatan.
Mereka juga mendukung upaya Presiden RI Joko Widodo, termasuk keterlibatannya yang berkelanjutan dengan semua pemangku kepentingan di Myanmar untuk mendorong kemajuan dalam implementasi Konsensus Lima Titik.
Delapan pemimpin ASEAN –Kamboja, Laos, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand dan Vietnam— telah menghadiri KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk membahas beberapa isu yang menjadi kepentingan bersama badan regional tersebut.
Perdana Menteri, Tuan Lee Hsien Loong mengajak para pemimpin ASEAN bekerja untuk memperkuat lembaga-lembaga tersebut dan mencapai visi bersama untuk masa depan kawasan Asia.
“Selama pandemi, negara-negara anggota ASEAN bekerja sama dengan baik. Berdasarkan pandangan dunia yang bermasalah, kita harus terus berintegrasi dan bersatu di tingkat tertinggi, termasuk merangkul visi bersama untuk masa depan ASEAN,” kata Lee.
Lee mendesak negara-negara anggota untuk tetap terbuka, transparan dan inklusif dan kesepakatan berdasarkan hukum, selain memiliki hubungan eksternal yang lebih dalam. Ini termasuk menemukan bidang kerja sama baru, termasuk dalam keberlanjutan, keamanan dunia maya, dan dalam ekonomi digital dan hijau, kata Lee.
Sementara itu, Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim mengusulkan pembentukan Asian Financial Fund (AMF) sebagai upaya peningkatan kapasitas ekonomi kawasan ASEAN.
Menurutnya, gangguan dan perlambatan ekonomi menuntut ASEAN untuk memanfaatkan kekuatannya dan mendorong ketahanan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Menyadari perlunya meningkatkan kemandirian ekonomi regional dan jaring pengaman, saya telah menyerukan pembentukan Dana Moneter Asia (AMF),” katanya.
“Mekanisme regional seperti itu akan dapat lebih memahami realitas dan kebutuhan negara-negara di kawasan tersebut dan, dengan demikian, mengusulkan langkah-langkah pemulihan yang lebih tepat.”
Anwar Ibrahim menyambut baik pemimpin ASEAN dengan mendorong transaksi mata uang lokal. “Upaya tersebut akan meningkatkan penggunaan mata uang lokal untuk mendukung perdagangan lintas batas dan investasi di ASEAN,” katanya.
Dalam pidato yang sama, Anwar juga mengangkat isu perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN yang selama ini membawa banyak manfaat bagi masyarakat. “Presiden Jokowi telah mengatakan dalam pidatonya yang jujur dan jelas bahwa dia menantang para pemimpin ASEAN untuk memfokuskan diskusi mereka pada keharusan agar ASEAN terus waspada dalam menjaga kebebasan, kemerdekaan dan martabatnya.”
Ia juga berharap anggota ASEAN bertekad untuk menemukan solusi yang layak untuk masalah Myanmar. “Akibat dari konsultasi yang dilindungi ini, anggota khususnya Malaysia harus berjuang dengan lebih dari 200.000 pengungsi,” katanya.
Anwar mengatakan ASEAN perlu menunjukkan kepercayaan diri dan kemauan untuk menangkap peluang membawa perubahan positif bagi masyarakat dan kawasan.*