Hidayatullah.com–Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin meminta kepada pemerintah Indonesia untuk berperan aktif mendamaikan konflik agama yang terjadi Myanmar dan konflik horizontal di Afrika Tengah.
Sampai saat ini konflik di Myanmar dan Afrika Tengah belum ada tanda-tanda perdamaian.
“Sebagai negara cinta damai, dan mukadimah konstitusi kita menegaskan ikut menjaga ketertiban dunia, terhadap fakta menyolok di dua negara itu perlu sikap konkret bangsa Indonesia. Jangan tunda sampai korban menderita bahkan terus bertambah hingga banyak kehilangan nyawa,” ungkap Ahyudin dalam rilis yang diterima hidayatullah.com, Selasa (15/04/2014) sore.
Meski Indonesia telah banyak berperan menjadi juru damai konflik di berbagai negara, tetapi di krisis Afrika Tengah dan Myanmar, Indonesia seakan berdiam diri. Meski Indonesia tetap mengirim misi perdagangan internasional ke Myanmar, bahkan mengirim kontingen di pesta olahraga regional beberapa waktu lalu.
“Bisnis dan olahraga persahabatan memang penting, tapi penyelamatan nyawa manusia jauh lebih penting,” ungkap Ahyudin.
ACT telah delapan kali mengirim misi kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya maupun Muslim non-Rohingya di negeri berpenduduk mayoritas Budha ini.
“Seharusnya atas nama kemanusiaan, peran memulihkan perdamaian ikut dimainkan negeri sebesar Indonesia,” tegas Ahyudin.
Prestasi Indonesia dalam sejarah perdamaian, harus kian cemerlang bersama misi kemanusiaan masyarakat sipil Indonesia seperti ACT dan lembaga kemanusaan lainnya. Menurut catatan, Pasukan TNI yang ikut misi perdamaian dunia dibawah bendera PBB dengan sebutan Kontingen Garuda atau disingkat Konga, sudah berperan aktif sejak Kontingen Garuda I pada 8 Januari 1957 ke Mesir hingga sekarang.
Fakta ini selayaknya tak putus untuk negeri terdekat Myanmar dengan ratusan ribu pengungsinya, juga Afrika Tengah dengan fenomena pembantaian tak terhentikan di sana. “Semoga pasukan perdamaian Indonesia, bisa mengawal aksi kemanusiaan bangsa Indonesia di zona merah ini. Nyawa lebih bernilai ketimbang hal apapun di dunia ini,” pungkas Ahyudin.
Kontingen Garuda, bisa bersama-sama tim kemanusiaan ACT, memastikan misi kemanusiaan di Myanmar dan Afrika Tengah yang dilakoni penuh risiko oleh pegiat kemanusiaan dari Indonesia, mendapat pengawalan memadai.
“Jadi lembaga kemanusiaan seperti ACT tak perlu bertaruh nyawa hanya untuk kirim beras, obat-obatan atau membangun shelter,” ungkap Ahyudin.*