Hidayatullah.com—Salah satu persoalan dakwah saat ini adalah ketidakmampuan lembaga dakwah sendiri dalam melahirkan kader dakwah atau seorang dai yang militan yang mampu mengejawantahkan misi dakwah yang hakiki di lapangan.
Paham materialisme dan hedonisme yang melanda dunia saat ini pun sedikit banyak mempengaruhi pola pikir dan perilaku seorang dai.
Demikian ungkapan Ustad Syuhada Bahri dari Dewan Dakwah (DDII) saat menjadi pembicara dalam diskusi yang diselenggarakan Persatuan Umat Islam (PUI) dengan mengambil tema “Strategi Dalam Menyiapkan Kader Dakwah” di Pusdai Jabar, belum lama ini.
Ia menambahkan dalam perkembangan jaman saat ini sifat hubbub dunya (cinta dunia) juga melanda para dai terutama dai yang dikemas entertainmen dalam industry media.
Namun demikian harus diakui masih banyak dai yang berjiwa ikhlas dan bermental baja khususnya dai yang mendapat tugas di pedalaman.
“Untuk itulah kita telah,sedang dan akan terus menyiapkan dai-dai tangguh yang siap diterjunkan dalam segala medan dakwah,”imbuhnya.
Menurut Syuhada kuncinya ada dalam proses menyiapan kader dakwah itu sendiri. Dimana di dalamnya ada proses seleksi,pembekalan (belajar),pemahaman hingga pembinaan dai itu sendiri ketika sudah terjun di masyarakat.
Syuhada menambahkan yang tidak kalah pentingnya adalah sinergi dengan lembaga dakwah lainnya untuk penguatan sebab medan dan tantangan dakwah yang luas tersebut tidak mungkin mampu dipikul oleh satu lembaga dakwa saja.
Sementara itu Ustadz Suhail dari Posdai Hidayatullah yang juga menjadi pembicara dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa salah satu keberhasilan Hidayatullah yang mampu mengirim kader dai hingga pelosok negeri adalah karena adanya pembinaan dan pemahaman akidah yang kuat sebelum mereka diterjunkan.
Suhail menambahkan dengan merujuk pada pola dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah yakni dengan metode Sistematika Nuzulnya Wahyu (SNW) dianggap efektif dalam melahirkan kader dakwah yang terbaik hingga saat ini.
“Terus terang bapak ibu,kalau soal pendanaan kami ini minim, termasuk pengalaman saya sendiri dari yang kita kirim ke berbagai daerah itu tidak kita bekali materi (uang).Boleh dibilang terjun bebas, ketergantungan mereka hanya pada Allah,termasuk soal materi,ya kalau ingin digaji besar sesuai hasil kerjanya ya mintanya langsung pada Allah Yang Maha Kaya ,jangan ke lembaga atau orang, ”jelasnya yang mendapat aplaus hadirin.
Menurutnya setiap lembaga dakwah mempunyai cara atau metode sendiri-sendiri dalam melahirkan dan mencetak kader dakwah namun yang pasti mempunyai tujuan yang sama yakni menyebarkan risalah Rasulullah dengan berIslam secara kaffah.
Dirinya juga mengakui bahwa setiap medan atau lapangan mempunyai tantangan dan solusi dakwah yang berbeda yang bisa disesuaikan dengan kondisi masyarakat namun yang terpenting dakwah harus sesuai syariat,tidak boleh menyimpang.
Sementara itu Ketua Umum DPP PUI KH Nurhasan Zaidi usai acara kepada hidayatullah.com mengungkapkan bahwa pihaknya sangat mengapreasi atas sharing pengalaman yang dilakukan lembaga dakwah lain yang hadir dalam kesempatan tersebut. Menurutnya pihaknya juga banyak belajar dari mereka yang telah berhasil melahirkan kader dakwahnya.
“Apa yang diungkapkan para pembicara tadi sebagian telah kita kerjaan,sebagian sedang kita kerjaan dan ada yang akan kita kerjaan di masa mendatang,”ungkapnya.
Menurut Nurhasan saat ini yang tidak kalah pentingnya adalah membuat manejemen dakwah yang akan memudahkan misi dakwah di lapangan.Dirinya menambahkan sudah saatnya lembaga atau organisasi dakwah dikelola secara modern dan professional dengan menerapkan
Diskusi sendiri diselenggarakan oleh DPP PUI tersebut dalam rangka menyambut Muktamar PUI Ke-13. Menurut Ketua PUI Jabar,Drs.H.Iding Bahrudin, Muktamar sendiri akan diselenggarakan bulan Desember mendatang di Kota Sukabumi Jawa Barat. Turut serta menjadi narasumber diskusi tersebut antara lain dari IKADI,Muhammadiyah,DDII,Posdai Hidayatullah dan PKS.*