Hidayatullah.com – Sejumlah besar tokoh dan pejabat tinggi telah secara resmi mendaftarkan diri untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Iran, lapor IRNA pada tanggal 2 Juni.
Pemilu ini dijadwalkan pada 28 Juni dan akan memilih presiden baru untuk menggantikan Ebrahim Raisi, yang meninggal dalam kecelakaan helikopter tragis bulan lalu bersama dengan menteri luar negeri Hossein Amir-Abdollahian dan enam orang lainnya.
Periode pendaftaran selama lima hari dimulai pada tanggal 30 Mei dan akan berakhir pada tanggal 3 Juni. Para kandidat mempresentasikan program kampanye mereka secara singkat di kantor pemilihan saat mendaftar untuk mencalonkan diri.
Undang-undang Iran mengamanatkan bahwa para kandidat harus berusia antara 40 hingga 75 tahun, memiliki setidaknya gelar master, dan memiliki empat tahun pengalaman dalam administrasi negara atau bidang terkait.
Para kandidat harus diperiksa dan disetujui oleh Dewan Wali, sebuah panel beranggotakan 12 orang yang terdiri dari para ulama dan ahli hukum.
Daftar akhir para kandidat akan diumumkan pada tanggal 11 Juni.
Kampanye presiden akan dimulai pada hari berikutnya dan berlangsung hingga 27 Juni, memberikan waktu dua minggu bagi para kandidat untuk menyampaikan platform mereka kepada para pemilih Iran.
Para kandidat yang terdaftar adalah:
- Mahmoud Ahmadinejad, presiden Iran selama dua periode berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2013
- Ahmad Rasoulinejad, mantan anggota parlemen
- Masoud Pezeshkian, anggota parlemen kota Tabriz
- Vahid Haghanian, seorang ajudan Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei dan mantan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
- Alireza Zakani, Wali Kota Teheran
- Saeed Jalili, mantan sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi
- Mostafa Kavakebian, sekretaris jenderal Partai Mardomsalari (Demokrat)
- Ali Larijani, mantan ketua parlemen
- Habibollah Dahmardeh, gubernur provinsi Sistan dan Baluchestan, Lorestan, dan Kerman
- Mohammad-Reza Mirtajodini, mantan wakil presiden untuk urusan parlemen
- Zohreh Elahian, anggota Parlemen Iran dari tahun 2008 hingga 2012 dan dari tahun 2020 hingga 2024
Pemilihan presiden ini terjadi pada saat yang kritis, karena negara ini terus menghadapi sanksi ekonomi AS dan konflik yang sedang berlangsung antara proksi mereka (Iran, Hizbullah, Houthi, dan milisi Syiah di Irak) di satu sisi dan ‘Israel’ serta AS di sisi lain.
The Teheran Times mencatat, “Pemilu ini merupakan titik kritis bagi Iran, menawarkan kesempatan untuk mendefinisikan kembali kebijakan domestik dan internasionalnya serta mengatasi tantangan-tantangan yang kompleks, seperti sanksi-sanksi ekonomi dan ketegangan regional.”