Hidayatullah.com – Sebuah survei terbaru yang terbit pada 4 Februari menemukan bahwa 80 persen orang ‘Israel’ setuju dengan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk secara paksa mengusir warga Palestina dari Gaza.
Trump, pada 25 Januari, menyerukan agar Israel “membersihkan” wilayah pantai terblokade itu dan mengirim 2,3 penduduknya ke Mesir dan Yordania.
Survei yang dilakukan oleh perusahaan jajak pendapat Direct Polls Ltd. mengungkapkan bahwa hanya 10 persen warga Israel yang menentang proposal tersebut. Sisanya, 10 persen tidak memiliki pendapat mengenai hal tersebut.
Jajak pendapat tersebut juga menemukan bahwa 71 persen warga Israel menentang pendirian negara Palestina di Tepi Barat yang diduduki, sementara hampir 70 persen ingin mencaplok wilayah Palestina.
Menurut jajak pendapat tersebut, dari 71 persen yang menentang negara Palestina, 59 persen telah menentangnya di masa lalu. Sebanyak 12 persen lainnya pernah mendukung negara Palestina di masa lalu, namun kemudian mengubah pendapat mereka.
Dari mereka yang masih mendukung negara Palestina, 25 persen sebelumnya pernah memegang posisi tersebut, sementara hanya 4 persen yang beralih dari menentang menjadi mendukung.
Survei ini juga menanyakan kepada responden apakah mereka akan mendukung negara Palestina sebagai bagian dari kesepakatan perdamaian Israel-Saudi. Lebih dari separuh mengatakan mereka tidak akan melakukannya, bahkan jika dikaitkan dengan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Tiga puluh sembilan persen mengatakan bahwa mereka akan mendukung negara Palestina yang terkait dengan kesepakatan Saudi. Delapan persen tidak memiliki pendapat.
Pemimpin Saudi Mohammad bin Salman (MbS) telah menyatakan bahwa kerajaan itu tidak akan menormalkan hubungan dengan Israel kecuali jika negara Palestina didirikan.
Jajak pendapat tersebut juga menanyakan pandangan warga Israel tentang beberapa model yang memungkinkan untuk mencaplok Tepi Barat secara ilegal, yang dalam masyarakat Israel disebut sebagai perluasan “kedaulatan” atas “Yudea dan Samaria.”
Enam puluh delapan persen setuju dengan “kedaulatan” dalam beberapa bentuk, 22 persen menentangnya, dan 10 persen tidak memiliki sikap.
Di antara berbagai model yang berbeda, yang paling populer adalah usulan agar Israel mencaplok seluruh Tepi Barat dan menyingkirkan penduduk asli Palestina dengan “mendorong migrasi Arab.”
Menerapkan “kedaulatan” atas Lembah Yordan, serta permukiman ilegal Yahudi yang ada dan daerah sekitarnya di Tepi Barat, adalah yang paling populer kedua, dengan dukungan dari 20 persen.
Mencaplok seluruh Tepi Barat dan membiarkan “blok-blok permukiman Arab tetap utuh” dan proposal untuk mencaplok hanya Area C (wilayah di Tepi Barat yang sepenuhnya dikuasai Israel) masing-masing mendapat dukungan 10 persen.
Empat puluh dua persen mendukung “kedaulatan” atas Tepi Barat demi keamanan dan stabilitas regional. Enam belas persen mendukung aneksasi demi “identitas dan hubungan historis Yahudi.” Sembilan persen mendukungnya untuk memperkuat argumen diplomatik dan politik Israel.
Survei ini diterbitkan di tengah-tengah kunjungan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu ke Washington untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Temuan ini dipublikasikan tepat pada waktunya untuk kunjungan Perdana Menteri Netanyahu dengan Presiden Trump. Bibi sekarang dapat pergi ke presiden Amerika Serikat dengan pernyataan yang jelas bahwa ini adalah kehendak rakyat Israel,” kata Avi Abelow, CEO Pulse of Israel, yang turut mensponsori jajak pendapat tersebut.*