Hidayatullah.com– Semakin banyak pengungsi yang mencari suaka atau perlindungan di gereja-gereja Jerman, terutama mereka yang takut akan dideportasi, kata Gereja Protestan Jerman (EKD) dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan ke Funke Media Group hari Ahad (27/4/2025).
“Jumlah permintaan suaka naik signifikan di banyak tempat sebagai akibat tekanan deportasi yang menguat, dengan jumlah permintaan terkadang lebih dari empat kali lipat,” kata seorang wanita juru bicara EKD kepada kantor berita DPA, mengutip angka dalam laporan gereja-gereja regional di Jerman.
Dietlind Jochims, ketua German Ecumenical Committee on Church Asylum, mencermati adanya peningkatan ketakutan dan keresahan di kalangan orang yang tidak memiliki status pemukim.
Akibatnya, ketakutan akan deportasi mendorong naik permohonan suaka ke gereja, kata Jochims kepada koran di bawah Funke Media Group seperti dilansir DW.
Menurut Kantor Migrasi dan Pengungsi Federal Jerman (BAMF) sebanyak 617 pemohon suaka mendapatkan perlindungan di gereja pada kuartal pertama 2025, banding 604 pada periode yang sama tahun lalu.
Sejak puluhan tahun silam, gereja-gereja di Jerman menawarkan tempat tinggal sementara bagi para pengungsi berdasarkan hak istimewa yang tidak memiliki dasar kuat menurut hukum negara melainkan diberikan berdasarkan tradisi Kristen dan kemanusiaan semata.
Pengungsi yang memperoleh suaka di gereja untuk sementara bisa terlindungi dari ancaman deportasi, sementara kasus suaka mereka terus diupayakan supaya mendapatkan pengakuan secara hukum negara.
Namun, sejak seruan politik untuk menggencarkan deportasi semakin menguat, situasi suaka gereja memburuk.
German Ecumenical Committee on Church Asylum menyaksikan para pengungsi yang mendapatkan suaka gereja semakin banyak yang diancam akan dideportasi.
Meskipun demikian, EKD terus mempertahankan tradisi gereja untuk memberikan perlindungan atau suaka kepada pengungsi.*