Hidayatullah.com—Maraknya pro kontra masyarakat terkait hukum air kencing unta menunjukkan rendahnya adab masyarakat dalam memahami hadits nabi.
“Kepada hadits Nabi kita harus punya adab, apalagi itu hadits shahih, demikian disampaikan Wakil Sekretaris Komisi Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Dr.Wido Supraha, mengatakan di sela-sela perkuliahan “Konsep Diin”, yang diadakan oleh Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta, Rabu malam (10/01/2018), di Aula Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations INSISTS, Kalibata.
“Kemenkes mengatakan belum pernah meneliti tentang khasiat air kencing hewan gurun itu, tapi di kesempatan lain sudah ada penelitian seorang dokter akan kebenaran khasiat air kencing unta yang dapat melawan sel kanker dan ini sejalan dengan hadits Rasulullah,” tambah Wido yang juga peneliti di (INSISTS) ini.
Senada dengan hal ini Wido juga menyinggung Sigmund Freud, di mana doktrin agama dianggap ilusi.
“Agama tidak sesuai dengan realitas dunia. Bukan agama, tetapi karya ilmiahlah satu-satunya jalan membimbing ke arah ilmu pengetahuan. Begitu kata Freud,” ujar Wido.
Pandangan seperti inilah, menurut Wido, yang menjadi dasar pemikiran orang-orang yang mengejek tentang kebenaran hadits Nabi. Karena mengesampingkan wahyu dan mengunggulkan sains, mereka tidak lagi memelihara adabnya pada wahyu, agama dan kenabian.
“Ada Muslim yang sepakat dengan pandangan non-Muslim terhadap Islam. Pertanyaannya kemudian, kita ada keraguan tidak dengan Al-Qur’an dan Hadits? Saat ini kita dipaksa melihat Islam dari sudut pandang yang lain, bukan wahyu Ilahi,” ujar Dosen Pascasarjana di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor itu saat menutup kuliahnya.*/kiriman Erik Armero (Jakarta)