Hidayatullah.com–Menyambut Idul Adha 1442 H BMH hadir dengan Program Qurban Tanpa Batas, Luaskan Manfaat Qurbanmu secara virtual melalui kanal Youtube BMH TV (8/7/2021). Melalui kanal ini, BMH TV mengundang dai-dai pedalaman dan perbatasan.
Acara bertajuk Public Exspose Korban Tanpa Batas 2021 ini juga dimeriahkan kehadiran Chef Haryo. Sementara itu, dai yang diundang adalah empat juru dakwah di wilayah terpencil; Maluku, Nias, Halmahera dan Pulau Sebatik.
Mengawali pemaparan usai pembacaan ayat suci Alquran, Ketua Pengurus BMH Pusat, Firman ZA. Ia mengatakan bahwa qurban harus didorong dan dikuatkan. “Hal ini karena ibadah qurban tidak saja berdimensi vertikal tetapi juga horizontal secara ekonomi dan sosial serta lain sebagainya,” katanya.
Sementara itu Direktur Utama BMH, Supendi menyampaikan bahwa Idul Adha 1442 H memang berhadapan dengan kondisi yang tidak mudah, penuh keterbatasan dari ekonomi hingga mobilitas sosial. “Namun kita harus tetap hadir untuk peduli. Ibadah Qurban 1442 H merupakan kesempatan mulia untuk dapat menguatkan persaudaraan ke seluruh penjuru Tanah Air dan beberapa negara di luar negeri. Dengan demikian kita juga ikut menggerakkan ekonomi peternak lokal, karena qurban BMH bermitra dengan para peternak dan juga dai tangguh yang komitmen membina masyarakat pedalaman,” jelasnya.
Menurut Supendi, nilai lebih qurban di BMH adalah juga menguatkan kiprah dakwah para dai di pedalaman. Dengan demikian bisa memberi pencerahan dan pencerdasan umat di momentum Idul Adha, ‘ imbuhnya.
Dukungan yang kuat atas kiprah BMH disampaikan oleh Chef Haryo. Menurutnya apa yang dilakukan oleh BMH harus terus diperjuangkan sampai hari Kiamat. “Apa yang dilakukan oleh teman-teman BMH ini adalah wujud dari pelaksanaan misi Islam. Teruskan perjuangan ini sampai hari Kiamat. Saya tidak tahu bahwa ada di Indonesia ini ada namanya Pulau Sebatik dan ada dai BMH di sana. Juga di Halmahera, suku pedalaman, belum tahu Indonesia dan Pancasila tapi Islam sudah ada diajarkan di sana,” ungkapnya.
Kisah Dari mengirim Kurban
Kisah dai dimulai dengan perjalanan dai di Pulau Nias. Ustadz Ushuluddin, dai yang berdakwah di Pulau Nias menyampaikan bahwa dirinya menjadi dai karena ingin mendapat rahmat Allah.
“Maka ditugaskan kemana saja tidak ada menolak. Sampai pada 2013 ditugaskan ke Pulau Nias, satu tempat yang saya sendiri belum pernah tahu. Bismillah berangkat walaupun secara umum di Nias, umat Islam masih minoritas, khususnya di luar Kota Gunung Sitoli,” tuturnya mengisahkan.
Ushuluddin mengatakan, berbagi kurban di kota sangat berbeda dengan di daerah pedalaman. Di tempat terpencil, umat Islam jarang melaksanakan kurban, bahkan tidak mesti setahun warga Muslim bisa merasakan daging kurban.
Selain kondisi ekonominya yang sulit, keadaan membuatnya jarang dikunjungi umat Islam yang sudah mapan. Bahkan untuk mengirim hewan kurban saja, para dai harus menyeberang dengan banyak persiapan termasuk perizinan yang ketat.
“Harga sapi di sini bisa mencapai Rp. 19 Juta. Semoga tahun ini ada kurban, karena memang masyarakat di sini makan daging itu hanya sekali dalam setahun,” ujarnya.
Sementara Ustadz Amin Asghar, pria kelahiran Flores pada 1975 yang kini berdakwah di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara juga berbagi kisah. Ia mengaku ditugaskan di Pulau Sebatik karena jarang ada juru dakwah datang tugas tempat ini.
“Jadi saya pilih dan sekarang sudah 13 tahun lalu berdakwah di pulau yang berbagi dengan Malaysia ini. Inilah tempatnya kalau ada rumah halamannya Indonesia, dapurnnya Malaysia, itu di sini. Saya ingin dakwah di sini dan ingin dikubur di sini,” katanya mantap.
Amin bercerita telah ditugaskan berdakwah 13 tahun. Saat itu, listrik belum masuk. Ia mengatakan, Sebatik adalah perbatasan Malaysia, bahkan di tempat itu, masyarakat menggunakan dua mata uang, ringgit dan rupiah.
Yang menarik lagi, sudah bukan rahasia, di tempat ini sering dikatakan, separuh Indonesia separuh Malaysia.
“Bahkan ada istilah, ruang tamunya ikut Indonesia, tapi dapurnya masuk Sabah, Malaysia.”
Untuk distribusi qurban memang tidak mudah di Pulau Sebatik. Mulai dari ketinggian bukit, akses jalan yang tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, dan kondisi ekonomi umat Islam yang miskin.
Meskipun demikian, Amin Asghar mengaku akan tetap mengirimkan hewan kurban, agar umat Islam di tempat terpencil ikut juga merasakan kebahagiaan, layaknya masyarakat kota.
Apalagi di tempat-tempat khusus yang tidak bertuan. Amin mengisahkan ada tempat yang tidak masuk wilayah Indonesia, juga tidak masuk wilayah Malaysia. “Masyarakat menyebutnya tanah buangan,”katanya.
Di tempat ini benar-benar terpencil dan jarang dijamah. Untuk masuk ke tempatnya harus menggunakan parit.
“Alhamdulillah BMH selalu hadir sehingga setiap tahun masyarakat perbatasan dapat merasakan kebahagiaan di Hari Raya Idul Adha dengan menyantap daging segar,” ungkapnya.
Sementara Ustadz Naharuddin yang bertugas di Ambon, Maluku terputus karena terkendala sinyal.Selanjutnya acara mencengarkan kisah Ustadz Nur Hadi, dai yang bertugas di Halmahera dan kini membina masyarakat suku terasing, yakni Suku Togutil.
Alumni STAIL Hidayatullah Surabaya ini menceritakan kisah seru dan perjalanan dakwahnya di masyarakat suku yang belum mengenal peradaban. “Suku ini masih primitif, bahkan belum berpakaian. Kita pun bergerak untuk mendapatkan info lebih lanjut dan akhirnya bertemu dengan orang-orang suku dan berlanjut dengan pembinaan hingga saat ini,” katanya.
Namun demikian, karena lokasnya di pedalaman, maka jarak, waktu tempuh tidak dilalui dengan kendaraan biasa. “Bahkan pernah kami nyeberang sungai, rakitnya hanyut bersama motornya. Kami semua juga terbawa arus. Alhamdulillah selamat,” ucapnya mengenang.
Terkait ibadah qurban, menurut pria kelahiran Pemalang itu, kiriman hewan qurban dari BMH ke masyarakat suku terasing sangatlah dibutuhkan. “Sebagai penguat pembinaan dan persaudaraan, sehingga keakraban semakin terjalin. Dalam beberapa tahun terakhir, setiap ada penyembelihan hewan qurban bertambah lagi masyarakat suku yang masuk Islam,” tuturnya.
Acara Public Exspose ini diakhiri dengan sesi launching program BMH, yakni Qurban Tanpa Batas, Luaskan Manfaat Qurbanmu oleh Direktur Utama BMH, Supendi dengan membaca Basmalah.*/Imam Nawawi