Hidayatullah.com—Otoritas Palestina (PA) di Gaza mengungkapkan bahwa pil-pil narkotik jenis Oxycodone ditemukan di dalam kantong tepung yang dikirim melalui jalur bantuan yang dijalankan oleh Amerika Serikat dan penjajah ‘Israel’ di bawah payung Gaza Humanitarian Foundation (Yayasan Kemanusiaan Gaza/GHF). Temuan ini dikonfirmasi oleh Kantor Media Pemerintah Gaza dalam pernyataan resmi yang dirilis Jumat, 27 Juni 2025.
“Kemungkinan pil-pil ini sengaja digiling atau dilarutkan dalam tepung itu sendiri, yang merupakan serangan langsung terhadap kesehatan publik,” kata pernyataan dari Kantor Media Pemerintah Gaza dikutip Daily Sabah.
Otoritas tersebut menyebut tindakan ini sebagai “kejahatan keji” dan “senjata lunak dalam perang kotor terhadap warga sipil,” dengan menuduh ‘Israel’ mengincar “merusak struktur sosial Palestina dari dalam”.
Menurut laporan Kantor Media Gaza, hingga saat ini telah tercatat empat kesaksian warga Palestina yang menemukan pil tersebut saat menerima paket tepung, kutip middleeasteye.net.
“Saya menemukan pil dalam salah satu kantong tepung dan langsung membuangnya,” ungkap salah satu saksi yang meminta identitasnya dirahasiakan kepada Palestine Chronicle.
Temuan ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah. Sejak 27 Mei 2025, setidaknya 549 warga Palestina syahid dan lebih dari 4.000 terluka akibat tembakan militer ‘Israel’ di lokasi distribusi bantuan—menurut data Kementerian Kesehatan Gaza dikutip Anadolu Agency.
Selain itu, serangan udara ‘Israel’ di Deir al-Balah pada 26 Juni menewaskan 18 orang yang tengah antre mengambil tepung dari unit keamanan Hamas bernama “Sahm”.
“Ketika kami tiba, ada orang sobek, terluka parah dan tewas … Saya harus mengangkut korban tiga atau empat kali. Situasi di rumah sakit sangat katastrofik,” ucapnya seorang paramedis, Razeq Abu Mandil kepada The Guardian.
Media internasional juga menyoroti insiden penemuan narkotik ini. The Guardian melaporkan bahwa distribusi bantuan melalui GHF menimbulkan “kekacauan,” dan mengutip warga yang menyampaikan kekhawatiran terkait program bantuan kemanusiaan abal-abai, dari AS–’Israel’.
Kritik keras datang dari kelompok HAM internasional. Amnesty International dan Human Rights Watch menyebut penggunaan kekerasan terhadap warga yang menunggu bantuan serta potensi pencampuran obat-obatan psikotropika sebagai pelanggaran hukum humaniter dan mungkin kejahatan perang.
PBB dan UNRWA menyerukan agar distribusi bantuan dialihkan ke badan independen tanpa kendali langsung militer.
Dukungan finansial terhadap GHF juga mendapat sorotan. Pada 27 Juni, Pemerintah AS mengesahkan tambahan dana senilai US$ 30 juta untuk GHF, meskipun badan ini ditolak lembaga kemanusiaan dan PBB.
Juru bicara Departemen Luar Negeri, Tommy Pigott, menyebut dukungan ini sebagai upaya “menyusun perdamaian”. Namun, Philippe Lazzarini, Kepala Komisioner UNRWA, menggambarkan program ini sebagai “mengerikan” karena dianggap menyebabkan kematian massal di front distribusi.
Sementara itu, media penjajah, Haaretz, mengungkap bahwa beberapa tentara IDF menerima perintah menembak warga tak bersenjata yang mendekat ke pusat distribusi bantuan sebelum dan setelah waktu operasi, menyebutnya sebagai “lahan pembunuhan”.*