Hidayatullah.com– Masa operasional penyelenggaraan haji tahun 1439 H / 2018 tinggal menghitung hari. Kelompok terbang (kloter) pertama calon jamaah haji Indonesia direncanakan diterbangkan pada tanggal 17 Juli mendatang. Sejumlah persiapan baik di Arab Saudi dan di tanah air telah dilaksanakan oleh Kementerian Agama RI.
Saat ini persiapan jelang keberangkatan calon jamaah difokuskan pada persiapan dalam negeri. Hal ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kepada awak media kemarin di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta.
“Fokus persiapan kita saat ini di tanah air. Jadi inilah yang sedang terus kita lakukan. Misalnya, finalisasi pengurusan dokumen perjalanan haji, dan pembentukan kloter-kloter, serta persiapan lain yang ada di tanah air ini,” ujarnya lansir Kemenag, Selasa (03/07/2018).
Persiapan lain yang dilakukan di tanah air adalah penyiapan fasilitas embarkasi bagi para jamaah. Apalagi menurut Menag, tahun ini adalah tahun pertama akan diberlakukan proses keimigrasian di embarkasi.
“Ini pertama kali proses perekaman 10 sidik jari serta biometri dilaksanakan di tanah air,” ujar Menag.
Sebelumnya, kedua proses tersebut selalu dilaksanakan di bandara Madinah atau Jeddah Arab Saudi sesaat setelah jamaah turun dari pesawat. Artinya menurut Menag, proses yang biasanya memakan waktu lama di bandara Arab Saudi akan dilaksanakan di embarkasi.
“Kita terus melakukan persiapan karena waktunya juga semakin dekat,” ungkap Menag.
Sebelumnya, pada bulan Ramadhan lalu, Menag Lukman telah bertolak ke Arab Saudi guna mengecek persiapan penyelenggaraan haji di sana.
Menag pun sempat mengunjungi hotel yang menjadi tempat menginap para jamaah, dapur tempat pengolahan makanan jamaah, serta mencoba langsung bus operasional yang akan digunakan oleh para jamaah.
Salah satu yang menjadi perhatian dan konsentrasi pemerintah saat ini adalah kondisi di Mina.
“Karena puncak kelelahan ibadah haji itu ada di Mina dan Arafah. Yang jadi masalah, di Mina itu luas daerahnya terbatas, sehingga tidak mungkin digeser ke samping. Karena aturan syar’inya seperti itu,” jelas Menag.
Hal ini berdampak pada kepadatan serta keselamatan jamaah.
“Tahun 2017, pertama kali kuota haji Indonesia dikembalikan ke kuota normal. Yaitu sebanyak 211 ribu. Ditambah lagi 10 ribu, jadi total sekitar 221 ribu. Artinya kita mendapatkan tambahan jamaah haji sekitar 50 ribu. Tapi fasilitas yang kita peroleh di Mina tidak berubah,” jelasnya.
Oleh karena itu, Menag menyatakan pihaknya saat ini mencoba memberikan solusi dengan serius.
“Kita akan sewakan penginapan di daerah sekitar Mina. Jadi nanti ada jamaah yang penginapannya dekat dengan Mina, usai dia dari Jamarat ia tidak perlu kembali ke tenda Mina,” terang Menag.*